News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sapundu, Seni Ukir Patung Keramat Khas Suku Dayak Kalteng

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sapundu adalah seni ukir patung khas Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Patung-patung karya seniman Dayak dipakai untuk kelengkapan upacara Tiwah.

TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA – Masyarakat Suku Dayak Kalimantan Tengah punya beragam kekhasan seni budaya turun temurun.

Satu di antaranya Sapundu, seni ukir patung tradisional khas Suku Dayak. Karya-karya Sapundu kerap digunakan untuk kelengkapan upacara atau ritual Tiwah Suku Dayak Kalteng.

Bentuk Sapundu beragam. Biasanya berupa patung bermotifkan ukiran dan ornamen khas Dayak.

Sapundu atau tiang pengorbanan, menjadi salah satu kewajiban yang harus disiapkan serta menjadi simbol sakralnya upacara kematian Tiwah.

Ritual Tiwah merupakan upacara adat kematian yang dilaksanakan masyarakat Dayak Ngaju penganut Kaharingan.

Ritual ini bertujuan untuk mengantar arwah menuju tempat asal (lewu tatau) bersama Ranying (dewa tertinggi dalam kepercayaan Kaharingan).

Bagi pemeluk Kaharingan, Sapundu merupakan penghormatan terhadap roh dari orang yang telah meninggal.

Bagi masyarakat Dayak, Sapundu merupakan benda yang sakral yang dikeramatkan.

Sapundu hanya akan dibuat ketika pihak keluarga melaksanakan ritual Tiwah, yaitu upacara ritual Kaharingan.

Upacara tersebut guna untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal menuju kehidupan abadi.

Secara fisik, Sapundu berbentuk sebuah tiang yang biasanya terbuat dari kayu besi atau lebih dikenal sebagai kayu ulin.

Kayu diukir sedemikian rupa sehingga mampu menggambarkan sosok atau kebiasaan almarhum yang akan di Tiwah-kan tersebut.

Sapundu biasanya berbentuk patung laki-laki ataupun perempuan.

Melansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Sapundu digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang akan dikurbankan.

Hewan kurban tersebut merupakan media pengantar untuk mengiringi perjalanan arwah leluhurnya.

Hewan kurban itu diikat di Sapundu dan dikorbankan dengan cara ditombak secara bergantian oleh anak, keluarga dari arwah leluhur yang diantarkan.

Selain fungsinya itu, Sapundu juga dapat digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya tingkatan sosial seseorang di dalam suatu kelompok masyarakat.(Tribunnews.com/TribunKalteng/Nor Aina)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Mengenal sapundu seni ukir tradisional suku dayak kalimantan tengah jadi pelengkap upacara tiwah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini