Penelitian lanjutan umumnya dikerjakan Puslit Arkenas, bekerjasama dengan Universitas New England dan Universitas Wollongong, Australia.
Sejak 2001 hingga saat ini di Situs Liang Bua, telah banyak menghasilkan temuan arkeolog yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan.
Kerangkanya ditemukan pada lapisan Plestosen Akhir di kedalaman 5,9 meter pada lapisan ini, ditemukan kurang lebih 9 individu Homo Florensis.
Tapi hanya satu yang ditemukan dalam kondisi hampir utuh (Liang Bua 1/LB1).
Dilihat dari ciri fisiknya, kerangka tersebut berjenis kelamin perempuan, diperkirakan berusia 25-35 tahun, dan memiliki karakteristik fisik yang unik, yaitu tingginya hanya 106 cm, tulang kaki dan tangan sangat kekar.
Bagian tengkorak memiliki ciri-ciri arkaik, seperti tulang kening manonjol dengan dahi miring ke belakang.
Volume otak 380 cm3 (diukur dengan mustart seed) dan 417 cm3 (diukur secara digital dari data CT scan).
Bagian wajah menjorok ke depan (prognat) dengan rahang yang kekar, serta tidak memiliki dagu.
Untuk mengetahui pertanggalan Situs Liang Bua dilakukan serangkaian analisis laboratorium melalui 7 teknik yang berbeda, yaitu: Radiocarbon/C 14, Luminescerene (Thermolumineccerene/TL,Optically-Stimulated Luminescerene/OSL, Infrared-StimulatedLuminescerene/IRSL), Electrn spin, Resonance/ESR, Uranium-Series/ U-series,dan gabungan ESR/U-series.
Hasil analisis yang dilakukan pada tahun 2003 menyatakan Situs Liang Bua berusia sekitar kurang lebih 13.000 -12.000 tahun lalu.
Namun, pada 2007-2014 para peneliti Situs Liang Bua dari Pusat Arkenas bekerja sama dengan Universitas Wolongong, Australia dan Program dari Smithsonian Institute melakukan evaluasi terhadap usia tulang Homo Florensis dan sedimen yang mengandung fosil.
Melalui analisis sedimen, didapat bukti stratigafi baru dan kronologi situs Liang Bua. Berdasarkan hasil analisis, diketahui situs Liang Bua berusia antara 60.000 – 100.000 tahun lalu.
Sedangkan alat batu mereka diperkirakan berusia antara 50.000 – 190.000 tahun yang lalu, jauh lebih tua dibandingkan hasil sebelumnya.
Hewan-hewan yang turut punah besert Homo Florensis adalah gajah kecil, burung Marabou raksasa, burung Nazar, dan komodo.
Hasil analisa terbaru penelitian Liang Bua telah diterbitkan dalam jurnal ilimiah bergengsi, Nature.(Tribunnews.com/TribunFlores/Kristin Adal)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Wisata ke flores bisa jelajah situs gualiang buah simak sejarahnya