News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kopi Toraja Pernah Memantik Perang Suku di Sulawesi Selatan

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perkebunan kopi di Tana Toraja ada yang dijalankan perusahaan, ada kebun-kebun petani desa dengan produktifitas agak rendah. Kopi Toraja pada masanya pernah memantik konflik perebutan monopoli perdagangan kopi di Sulawesi.

TRIBUNNEWS.COM, RANTEPAO - Perang besar di dunia umumnya dipicu perebutan daerah kekuasaan, minyak bumi, emas, hingga Perang Troya yang dipicu perebutan wanita.

Di Indonesia sendiri, biji kopi pernah dijadikan alasan untuk memulai perang. Kisah ini dimulai di Tana Toraja, sebuah daerah pegunungan yang terletak sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut di Sulawesi Selatan.

Daerah ketinggian, tanah yang sedikit asam, jumlah curah hujan yang tepat, dan lonjakan suhu antara siang dan malam, membuat Toraja dianggap tempat ideal menanam kopi.

Toraja dikenal dunia sebagai penghasil beberapa jenis biji kopi terbaik Indonesia.

Dulu, kopi dianggap sebagai komoditas langka dan barang mewah, terutama ketika pertama kali diperkenalkan Belanda pada masa penjajahan di akhir abad ke-17.

Kopi pertama kali dibawa ke dataran tinggi Toraja pada 1850-an.

Pada tahun 1876, datangnya penyakit karat, penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen, mempengaruhi sejumlah besar perkebunan kopi besar di Jawa.

Penanaman kopi oleh petani kecil di Toraja akhirnya menjadi bisnis yang berkembang pesat.

Sayangnya, hal ini menjadi pemicu sebuah perang bersejarah, Perang Kopi.

Perang Kopi terjadi antara penduduk asli Toraja dan suku Bugis, salah satu suku terbesar di Sulawesi Selatan.

Berdasarkan Lontara Enrekang, Perang Kopi dimulai sekitar tahun 1887-1888 yang disebabkan oleh keinginan kerajaan Luwu untuk memonopoli perdagangan kopi di Tana Toraja.

Pada saat itu kerajaan Luwu sudah menguasai dataran tinggi Sa'dan.

Disadur dari buku "From Coffee Wars to Kalosi Market" karya Reny Sri Ayu dan Gregorius M Finesso (2018), Puang Makale, Laso' Bai, mewakili Tallu Lembangna, sebutan untuk aliansi Makale, Sangalla', dan Mengkendek, meminta bantuan kerajaan Sidenreng dan Enrekang untuk mengakhiri monopoli pedagang Luwu.

Monopoli perdagangan kopi berhenti selama 10 tahun. Tetapi, para pedagang yang dipimpin oleh Lamadukelleng kembali ke Toraja untuk memonopoli ulang perdagangan kopi Toraja di Enrekang.

Para Puang, sebutan untuk pemimpin di Toraja, dari Tallu Lembangna kembali meminta bantuan kerajaan Enrekang dan Sidenreng.

Akhirnya, La Tanro Arung Buttu, raja Enrekang ke-14 bertemu dengan prajurit dari Kerajaan Bone dan mengeluarkan peraturan.

Peraturan tersebut melarang para pedagang kopi untuk melewati Bambapuang di Enrekang.

Para pedagang kopi juga dilarang melewati Sidenreng, Wajo, dan Luwu untuk berdagang.

Mereka hanya boleh berdagang melalui Pinrang. Peraturan tersebut dituruti oleh semua pihak dan menjadi solusi utama.

Perang Kopi berakhir pada 1890 tanpa kemenangan salah satu pihak.

Hal ini menjadi alasan kenapa beberapa pecinta kopi di dunia menyebut kopi Toraja sebagai 'war coffee', atau kopi perang.

Meski demikian, banyak yang lupa bahwa kopi adalah faktor pendorong perang ini.

Periode 1890-an merupakan masa yang penuh gejolak bagi Toraja karena alasan di luar biji kopi dan jalur perdagangan.

Dampak Perang Kopi

Ditulis oleh Terance W Bigalke dalam bukunya "The Social History of Tana Toraja" (2005), kopi menjadi komoditas bernilai tinggi akibat perang tersebut.

Meski demikian, trademarking kopi dari Sulawesi Selatan terjadi di Pasar Kalosi oleh Belanda pada zaman kolonialisme.

Kalosi dipilih karena merupakan titik strategis di jalan utama yang menghubungkan Toraja dan Makassar.

Dilansir dari situs The Primadonna Life, di Toraja sendiri perkebunan kopi belum banyak berubah.

Kebanyakan kopi yang diproduksi di Toraja berasal dari petani-petani kecil dengan produksi yang cukup rendah, sekitar 300 kilogram per hektare.

Hal ini menyebabkan kopi Toraja menjadi komoditas yang makin dicari-cari karena keistimewaannya.

Hingga kini, kopi Toraja masih dipetik dan disortir dengan tangan, sebuah proses yang menjamin kualitas kopi bagi para konsumen.

Pada awal 1900, kolonial Belanda mulai memodernisasi kebun kopi. Van Dijk membuka kebun kopinya di Toraja.

Kemudian, setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia meluncurkan kebijakan nasionalisasi yang mengambil pertanian milik Belanda.

Pada tahun 1950, kebun kopi menjadi milik Indonesia. Tapi, ada pemberontakan yang membuat perdagangan kopi macet.

Hanya orang-orang tertentu yang diizinkan melewati blokade yang dipegang oleh separatis.

Tapi itu cepat diatasi oleh pasukan Indonesia. Sekarang, lahan bekas pertanian Van Dijk dioperasikan oleh PT Sulotco Jaya Abadi.

PT Toarco juga merupakan perusahaan kopi beroperasi jauh sebelum kebijakan nasionalisasi. Selain itu, ada juga banyak pertanian yang dikelola oleh orang per orang.

Karakter Kopi Toraja

Karakter khusus kopi Toraja adalah bagian kopinya yang tebal dan tingkat keasaman rendah.

Rasanya didominasi oleh cokelat dan karakter yang bersahaja. Karakter rasa lain yang datang dari kopi Toraja adalah rempah-rempah, kayu manis, dan berry.

Kopi Toraja juga dikenal meninggalkan rasa cokelat hitam setelah diminum.

Sedangkan sifat keasaman rendah berasal dari beragam metode pengolahan biji kopi, seperti half wash dan full wash.

Karakter tanah di Toraja juga memberi cita rasa khas bagi kopi. Cita rasa unik dan kompleksitas rasa inilah yang membuat kopi Toraja banyak dicari oleh pecinta kopi di seluruh dunia, termasuk Jepang, AS, hingga Eropa.

Tentu saja, jika Anda penasaran untuk mencoba kopi unik ini, tempat terbaik untuk menikmatinya adalah langsung berkunjung ke Toraja.

Di sini anda dapat menikmati secangkir kopi Toraja sambil menikmati pemandangan indah negeri di atas awan ini.(Tribunnews.com/TribunToraja/Donny Yosua)

ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ; 

Baca Selanjutnya: Kopi toraja emas hitam pencetus perang

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini