TRIBUNNEWS.COM, BLANGKEJEREN - Gayo tak hanya kopi. Gayo memiliki seni tradisi sangat beragam. Satu di antaranya Tari Bines, tarian asli Negeri Seribu Bukit.
Tari Bines adalah tarian yang berasal dari Gayo Lues yang dimainkan oleh seberu atau anak gadis.
Tari ini sudah mentradisi sebagai seni budaya secara turun temurun dan masih dilestarikan sampai saat ini.
Tarian ini merupakan tari berkelompok, dan tidak bisa dimainkan oleh satu atau dua orang saja.
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tari Bines merupakan tradisi kesenian para perempuan Gayo Lues yang memang tidak diperbolehkan menari Saman yang keras dan dinamis.
Sebagai gantinya diciptakan tari yang cocok dengan jiwa dan karakter perempuan yang lebih lembut dan anggun.
Beberapa unsur yang melekat pada Tari Bines dan tidak bisa dipisahkan, yaitu penari, gerak tari, syair, penangkat, dan busana tari.
Jumlah penari pada umumnya berjumlah genap bisa 6, 8,10, 12 hingga 16 orang.
Berbeda dengan Tari Saman yang jumlah pemainnya harus ganjil.
Mereka membawakan ragam gerak yang sama dan dilakukan secara serempak dari awal hingga akhir.
Adapun ragam gerak yang biasa ditampilkan secara garis besar dapat disebutkan di sini, antara lain;
- Surang saring dimaksudkan dari awal hingga akhir tarian ini dibawakan secara serempak dengan ragam gerak yang tidak berbeda antara penari satu dengan yang lain;
- Alih yaitu gerak tangan yang berubah dari tepuk tangan ke gerak tangan yang lain;
- Langkah yaitu gerak langkah untuk membentuk pola lantai huruf U dan berbanjar;
- Tepok yaitu bertepuk tangan
- Kertek yang merupakan gerakan petik jari.
Busana Tari Bines
Busana Tari Bines sejak dahulu sampai sekarang tidak banyak berubah karena terikat dengan pakem.
Seperti halnya dengan tarian tradisi pada umumnya busana tari menjadi salah satu bagian yang sangat dipegang teguh agar terjaga keasliannya.
Dari busana tari yang dikenakan oleh para penari menunjukkan ciri dan identitas daerah yang memudahkan penonton bisa dengan mudah dapat mengenalinya.
Untuk itulah biasanya busana tari tradisi yang ada tetap dipertahankan.
Adapun busana Tari Bines terdiri atas :
- Baju Lukup bermotif tabur, atau disebut Baju Tabur
- Kain Sarung
- Kain Panjang atau Upuh Kerawang dengan dihias Renggiep di pinggirnya
- Sanggul yang dihiasi daun kepies atau bisa juga diganti dengan daun bambu , daun pandan. Bahkan tidak jarang dengan hiasan kepala berwarna-warni
- Hiasan leher berupa Belgong
- Ikat Pinggang berupa Genit Rante yang dihiasi dengan Renggiep;
Toping Gelang dan Sensim Metep.
Tari Bines secara garis besar mempunyai fungsi, sebagai berikut :
1. Sebagai Sarana Komunikasi
Setiap Tari Bines selalu dilantunkan syair yang mengandung pesan yang dikomunikasikan kepada penontonnya.
Syair tersebut biasanya berisi ajaran moral, perilaku manusia yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ajaran agama, dan juga ajakan untuk senantiasa hidup rukun dan damai.
2. Sarana Hiburan
Di samping pesan moral, Tari Bines juga menampilkan bagian yang bersifat menghibur, bahkan memungkinkan untuk mengajak penonton perempuan untuk ikut bergabung.
Bersifat spontanitas dan bebas karena geraknnya mudah diikuti.
3. Sarana Publikasi
Biasanya Tari Bines juga menyajikan syair yang menyatakan bahwa tarian ini berasal dari daerah Gayo Lues.
Dengan demikian penonton memperoleh informasi dari daerah asal Tari Bines ini.
4. Sarana Mediasi
Bahwa perselisihan antar kampung yang terjadi, tidak jarang bisa diredam dengan pementasan bersama Tari Bines ini dengan syair yang menyejukkan kedua belah pihak yang sedang bersengketa.
Adanya kesadaran bahwa tari ini merupakan milik sesama orang Gayo Lues yang harus dijaga kelestariannnya, maka sangat dimungkinkan berfungsi juga sebagai perekat.
Sejarah Singkat Tari Bines
Berbicara mengenai sejarah, tarian ini memiliki sejarah yang beragam, karena mengenai sejarah tarian ini tidak ada dokumentasi secara khusus, namun diceritakan secara turun temurun oleh para tetua.
Namun secara singkatnya, bines merupakan kata yang lahir dari bahasa Gayo Lues yang diartikan sebagai seekor gajah putih, tunggangan Raja Aceh Gayo yang pertama.
Dikisahkan pada suatu hari raja pergi ke seluruh daerah di Aceh untuk melihat-lihat perkembangan rakyatnya dengan menunggangi gajah putih tersebut.
Tiba-tiba gajah putih tersebut berhenti di tengah jalan, dan baru mau berjalan kembali setelah muda-mudi yang ada di sekitar jalan tersebut mengusir gajah dan mengelilinginya sambil menepuk tangan dan bersorak-sorak.
Tepukan sambil mengelilingi gajah putih itu yang menjadi awal lahirnya Tari Bines.
Gerakan tari biasanya berkisar antara tepuk tangan serentak dalam satu warna, ke kanan, ke kiri atau ke depan.
Tari ini ditarikan oleh perempuan dan tidak memakai instrumen musik melainkan dengan menggunakan nyanyian yang berisikan syair dan nasehat.
Tarian ini sekarang sudah meluas tidak hanya pada upacara pemotongan padi seperti pada masa awalnya.
Kini Tari Bines juga sudah dimainkan di acara-acara kebudayan Gayo Lues serta juga pada festival-festival yang diadakan baik di Gayo Lues sendiri maupun di Aceh.(Tribunnews.com/TribunGayo.com/Cut Eva Magfirah)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Mengenal enam tarian tradisional dari tanah gayo mulai tari saman hingga tari resam berume