TRIBUNNEWS.COM, TAKENGON – Jejak persebaran dan kehidupan manusia prasejarah secara jelas ditemukan dis ekitar Danau Lut Tawar. Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nangore Aceh Darusallam.
Penelitian geoarkeologis dan antropologis selama bertahun-tahun dilakukan Balai Arkeologi Sumatera Utara.
Hasilnya memang menakjubkan. Jejak usia manusia purba yang ditemukan dianggap lebih tua dari temuan di Sulawesi yang dianggap jalur migrasi prasejarah.
Dengan temuan ini, melengkapi Danau Lut Tawar Aceh Tengah tak hanya memiliki potensi destinasi wisata alam dan kuliner, melainkan juga memiliki potensi wisata prasejarah.
Jejak kehidupan Gayo Prasejarah diperoleh dari penelitian dan penggalian arkeologi di beberapa goa atau loyang yang berada di tepi Danau Lut Tawar.
Loyang-loyang yang diteliti itu adalah Loyang Mendale, Loyang Ujung Karang, Loyang Pukes dan lain-lain.
Semuanya berada persis di bibir danau kebanggaan masyarakat Gayo tersebut.
Jejak Gayo Prasejarah diungkap oleh serangkaian penelitian mendalam selama 10 tahun lebih oleh Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Utara, pimpinan Dr Ketut Wiradnyana MSi.
Berkat penelitian inilah, misteri tentang asal muasal Gayo mulai terpecahkan secara ilmiah, sejak 8400 tahun sebelum Masehi.
Sebuah temuan yang tidak saja penting bagi orang Gayo, melainkan juga secara nasional, sebab konon, temuan Mendale telah mengubah pandangan atau terori penyebaran manusia berbudaya Austronesia di Nusantara.
Para ahli sebelumnya meyakini bahwa migrasi manusia kawasan Nusantara berasal China bagian selatan,
Lalu menyebar ke Taiwan, terus ke selatan, sampai di Filipina, ke Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Sumatera, (teori: Out of Taiwan dipopulerkan arkeolog Peter Stafford Bellwood).
Tapi hasil analisa karbon dari benda-benda prasejarah di Ceruk Mendale yang berusia 4400 tahun, 4909 tahun dan 5040 tahun, ternyata lebih tua dari yang ditemukan di Sulawesi rata-rata 3500.
Ini menunjukkan budaya Austronesia di Gayo sudah lebih tua dari Sulawesi dan sama tuanya dengan Taiwan.