Masih ada warga tidak percaya pengobatan dokter dan lebih percaya metode pengobatan tradisional.
Rahmat selaku ketua tim bersama rekannya melakukan idetifikasi masalah lalu melakukan komunikasi intensif dengan stakeholder di desa mulai dari aparatur desa, tokoh agama, hingga tokoh masyarakat.
Nasib Anak Kembar
Rahmat menceritarakan satu dari sekian kasus gizi buruk yang ditanganinya.
Ada kasus gizi buruk menimpa anak kembar umur 11 bulan yang ditinggal merantau oleh orang tua.
Seorang anak kembar itu ikut merantau ke Kalimantan dan yang satu ditinggalkan bersama neneknya yang sudah tua.
Melihat kondisi anak yang sangat memprihatinkan itu, pihak desa hingga kecamatan turun tangan bahkan berniat melaporkan orang tua bayi itu ke aparat kepolisian hingga Komnas HAM dengan tuntutan menelantarkan anak.
Sebab anak tersebut belum masuk di kartu keluarga orang tuanya. Rahmat lakukan hal berbeda. Dia mencari solusi agar anak ini bisa mendapatkan perawatan yang layak.
Seiring dengan berjalannya waktu Rahmat bekerjamasama dengan desa, dan kecamatan memasukkan anak tersebut ke keluarga neneknya dan anak tersebut dibawa ke rumah sakit.
Anak ini dirawat intensif di Rumah Sakit Umum (RSUD) Soedjono Selong beberapa minggu. Setelah keluar dari dari RSUD, Rahmat tetap memantau perkembangan anak tersebut.
Di luar jam kerja dirinya mendatangi rumah nenek si kembar. Dengan tekun dan rutin memberikan vitamin dan makanan tambahan hingga anak itu perlahan membaik dan bertumbuh kembang.
Dikatakan Rahmat, anak tersebut sekarang sudah masuk Sekolah Dasar (SD). Jika bertemu anak tersebut selalu mengejarnya untuk salam dan memeluknya.
"Ada perasaan puas dan haru bila ketemu anak itu sampai sekarang, karena anak itu dari keluarga tidak mampu terus ditinggal orang tua dengan kondisi memprihatinkan," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Pada Maret 2023, kembali Rahmat dihadapkan dengan kasus yang sama. Anak gizi buruk dari keluarga tidak mampu dan broken home (orang tua anak cerai).