TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tradisi masyarakat Indonesia saat Lebaran adalah berkumpul dengan keluarga.
Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan mudik ke kampung halaman, untuk melepas rindu bertemu sanak saudara demi. Sebab, harus bertugas demi kepentingan orang banyak.
Salah satu yang mengalami itu adalah Henry Baskoro (29), penjaga palang pintu kereta api (KA) di Cipinang Lontar, Jakarta Timur.
Ia harus mengubur mimpinya dalam-dalam untuk bisa berjumpa dengan istri dan dua anaknya di Purbalingga, Jawa Tengah
"Selama empat tahun kerja, saya belum pernah mudik," ujar Baskoro sembil sibuk memperhatikan kereta yang akan lewat, Senin (20/8/2012).
Baskoro terakhir pulang kampung pada 2007 silam. Saat itu, ia masih menjadi seorang mekanik KA di Stasiun Jatinegara.
"Sebetulnya sih rindu juga sama keluarga, tapi sekarang sudah sulit (mudik), karena pekerjaan saya tidak bisa ditinggal lama-lama," tuturnya.
Di kantor mungilnya yang berukuran 2x3 meter, Baskoro dan tiga rekannya bekerja bergantian dalam dua shift, yakni pagi dan malam.
Shift pagi bertugas pada pukul 06.00-14.00 WIB, sementara shift malam pada pukul 14.00-22.00 WIB.
Pria yang menetap di Jakarta sejak 2002, mendapatkan shift pagi pada Lebaran hari pertama kemarin. Ia pun tak bisa melaksanakan Salat Ied.
"Seandainya petugas pintu mudik, nanti enggak ada yang jaga. Perjalanan kereta api bisa berantakan, kecelakaan mulu yang ada," ujarnya. (*)
BACA JUGA