News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Gubernur DKI

Jokowi-Basuki Balikkan Politik Glamor Jadi Kenyataan

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (tengah), berbicara di depan pendukungnya di rumah pemenangan, Jakarta Pusat, Kamis (20/9/2012). Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi mengutarakan pendapatnya mengenai Pilkada putaran kedua yang sementara menghasilkan keunggulan sementara buatnya. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA - Ahli Psikologi Politik, Hamdi Muluk menilai kemenangan pasangan Jokowi-Basuki karena memainkan politik alamiah dan kenyataan. Bukan terjebak pada politik glorifikasi, membesar-besarkan, menghebat-hebatkan dan mistifikasi.

Pasangan kotak-kotak ini bisa membalikkan "gaya" berpolitik "hinggar-binggar" dengan politik kenyataan. Dan itu mendapat moment yang tepat.

"Ini sebenarnya mengembalikan yang tadinya nggak alamiah," terang dia, dalam polemik Sindo Radio, Warung Daun, Jakarta, Sabtu (22/9/2012).

Pasalnya, menurut dia, gaya berpolitik yang muncul sekarang terlalu jauh. Kehadiran Jokowi-Basuki mengoreksi fenomena terhadap praktek berpolitik, dan berpublik yang sebenarnya terlalu jauh.

"Kejadian ini ingatkan kita bahwa politik itu tidak harus berporos pada kisaran kekuasaan uang, kekuasaan dan intrik politik."

"Tapi sekarang ini berpusat pada keterlibatan, keinginan publik dan aspirasi. Kan selama ini logika yang maju kan orang bicara wani piro itu. Atau punya kekuasaan apa. Nah itu yang harus dikoreksi. Ternyata nga perlu gitu," jelasnya.

Selain itu, menurut dia, Jokowi-Basuki ini mengoreksi bahwa politik tidak hanya bicara kekuatan elite. Melainkan politik berbicara sinergi antara golongan bawah.

Bahkan, kehadiran Jokowi-Basuki menunjukan politik juga harusnya berawal dari ketulusan dan bukan kepura-puraan dan pencitraan.

"Ini harus kembali pada otentisitas. Ngak bisa dibuat-buat. Memang politik pencitraan itu disambut gegap gempita oleh konsultan politik. Politik harus dikembalikan lagi dari glamor yang gede-gedean dan kepercayaan, dari retorika menjadi kenyataan. Ini dimainkan Jokowi-Ahok."

"Mereka memainkan politik kenyataan itu. Makanya kembalilah kepada politik akal sehat," tegas dia.

Klik:

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini