"Setelah itu, mereka mulai beroperasi, mereka ambil saya punya jam tangan, perhiasan, BlackBerry, tas, dompet, semua ambil. Saya sempat menolak, pak jangan diambil, kami kan juga orang susah, kita kan bersaudara," urai Erna.
Ketiga pelaku mempreteli semua perhiasan yang menempel di tubuh kedua korban dan barang bawaannya. Isi dompet Erna dan Michelle pun tak luput dari sasaran para pelaku. Kedua korban tak berkutik, karena dua pelaku yang mengapitnya di kursi belakang, bertubuh besar.
"Kami enggak bisa melawan, karena yang dua orang itu badannya gemuk-gemuk, sepertinya tinggi badannya sedang. Dia bawa pisau, pisaunya ditempelkan ke perut," ungkap Erna.
Menurut Erna, suasana di sekitar lokasi kejadian saat itu sangat sepi, dan gelap. Namun, taksi tetap dikendarai dengan pelan.
"Waktu pelaku masuk, wajahnya enggak kelihatan karena di pinggir jalan itu suasananya gelap dan sepi, di dalam mobil juga enggak dinyalakan lampunya. Jadi, suasananya gelap. Kata mereka, kalau kau teriak, ku bunuh. Lalu saya enggak berani teriak," imbuhnya.
Tak puas mendapat harta benda dan uang, pelaku meminta nomor PIN (Personal Identification Number) dua kartu ATM-nya, Bank Mandiri dan Bank Permata Syariah.
"Salah seorang pelaku tanya, kau punya uang di bank? Saya bilang belum tahu, karena kalaupun saya gajian, saya belum cek. Kata dia, ku bunuh kau kalau tidak jujur. Ada berapa punya uang di bank? Saya bilang, saya enggak tahu ada berapa. Kata dia lagi, ya sudah, yang penting nomor PIN ibu dan PIN anak ibu," kata Erna mengulangi ucapan pelaku.
Sang sopir taksi itu pun akhirnya menghentikan laju mobilnya di depan minimarket Alfamart yang terdapat mesin ATM Bersama. Dari kedua kartu ATM itu, pelaku menarik Rp 13,7 juta.
Saat Erna memberi tahu nomor PIN ATM sempat terjadi salah paham dan membuat pelaku murka.
"Bukannnya saya kasih nomor PIN palsu, tapi nomor PIN yang saya kasih ke dia tertukar. Kan ada dua kartu ATM saya, Mandiri dan Permata Syariah, karena saya pusing, saya salah ngasih. Dua-duanya diambil, saya kasih juga nomor PIN-nya, tapi tertukar," jelasnya.
Setelah puas menguras harta korban, sopir bersama tiga rekannya membawa taksinya berputar-putar wilayah Jakarta Selatan, sebelum diturunkan di daerah Cilandak.
Menurut Erna, total harta dan uang yang diambil para pelaku tak sampai Rp 35 juta.
"Totalnya salah di polisi. Itu hitungan kasar. Karena BB itu hitungan waktu beli. Total enggak sampai Rp 35 juta. Yang mahal mungkin karena jam tanganku agak ber-merk," ujar Erna.
Erna pusing sekaligus iba. Uang Rp 5,3 juta untuk bayar kuliah putrinya ikut diambil pelaku. "Itu uang untuk bayaran kuliah Michelle, mau dibayar ke kampus hari Seninnya. Yang diambil itu, uang semuanya sama perhiasan yang melekat di saya dan Michelle," imbuhnya.
Erna meyakini sang sopir taksi terlibat dan bagian dari komplotan perampokan yang menimpanya ini. Keyakinan Erna itu dikarenakan sang sopir mengendarai taksinya dengan pelan sesaat tiga orang pelaku masuk ke dalam taksi.
Lebih dari itu, dugaannya juga dikuatkan karena sopir taksi ikut meminta dan mengecek nomor PIN kartu ATM milik Erna. Dan sang sopir pun sempat membuka seragamnya saat hendak menuju mesin ATM.