News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Banjir Dahsyat Jakarta

Rekayasa Hujan, Jokowi: Tanya Sama yang di Atas

Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dengan Dubes China, Liu Jianchao untuk Indonesia di Balai Kota, Jakarta, Rabu (6/2/2013). Keduabelah Pihak membahas terkait beberapa program Pemprov DKI Jakarta.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hujan lebat beserta angin kencang kembali mengguyur Jakarta. Padahal, Jakarta telah memiliki teknologi canggih yang dibuat oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yaitu alat perekayasa hujan.

Ketika ditanya bagaimana kinerja alat tersebut apakah efektif atau tidak, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo enggan mengatakan jikalau alat tersebut tidak berfungsi.

"Ya tidak tahu dong, tanya yang di-Atas sana, jangan tanya ke saya," ujar Joko Widodo sebelum meninggalkan Balai Kota, Jakarta, Rabu (6/2/2013).

Joko Widodo juga mengatakan telah memberikan arahan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi DKI Jakarta untuk mengecek lapangan ketika hujan turun.

"Ya kan tadi sudah saya beri arahan untuk ke lapangan," kata Joko Widodo atau Jokowi sapaan akrabnya.

Seperti diketahui, teknologi yang digunakan BPPT untuk menangkal hujan dengan menggunakan bahan yang berbagai aneka garam dengan ukuran 2-5 mikron ini ditanam di awan dengan bantuan pesawat terbang.

Selain memakai pesawat terbang, juga bisa menggunakan sistem statis melalui wahana Ground Base Generator (GBG). Menurut Heru, akan ada lima GBG yang ditempatkan di sekitar Gunung Gede dan 25 titik di wilayah DKI Jakarta. Penggunaan GBG ini untuk memodifikasi awan agar terpecah. Ditambah dengan lima pos meteorologi yang melaporkan kondisi cuaca terkini.

Metode lainnya yang dilakukan BPPT berupa metode penyemaian awan dengan teknologi flare perak iodida yang berbentuk tabung. Mirip roket, tabung yang dipasang di sayap pesawat siap ditembakkan ke awan.

Dengan terpecahnya awan-awan Cumulus, seluruh awan akan berkompetisi. Semakin banyak kompetisi, akan banyak awan yang menjadi impoten atau mandul karena tidak bisa menghasilkan air sama sekali. Awan-awan yang akan berpotensi jadi hujan terus diawasi hingga pergerakan di ketinggian sekitar 9.000-10.000 kaki.

Jokowi pun sebelumnya juga menganggap alat perekayasa hujan telah berhasil memecah hujan.

"Sudah lihat buktinya kan?" kata Joko Widodo di Balaikota, Jakarta, Rabu (30/1/2013).

Mantan Walikota Solo ini pun mengatakan bahwa keberhasilan teknologi tersebut terbukti mampu memecah hujan, sehingga pada tanggal 27 Januari 2013 lalu yang diisukan akan terjadi hujan besar, justru tidak terjadi.

"Ya, buktinya sekarang panas dan hujannya nggak banyak," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini