Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Bintang Pradewo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan jatah air murah untuk warga miskin di Jakarta harus dihapuskan dan diganti dengan sambungan gratis air PAM dengan biaya Rp 10 ribu per bulan dengan air 10 meter kubik.
Pasalnya, selama ini banyak warga miskin yang tidak bertanggungjawab kerap menjual jatah air miskin miliknya untuk mengeruk keuntungan.
"Sekarang harus diformulasikan bagaimana caranya orang bisa bayar air murah karena biaya sambungan pipanya lah yang mahal, " kata pria yang akrab disapa Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2013).
Ahok menjelaskan saat ini telah terjadi kebocoran air baku untuk masyarakat miskin sebesar 48 persen, terlebih banyak juga praktek pencurian air begitu banyak, termasuk juga pencurian resmi. Oleh sebab itu, Ahok tidak ingin menambah pasokan air bagi warga miskin, dia lebih memilih untuk mencegah kebocoran-kebocoran yang terjadi.
"Yang paling penting bukan bicara soal nambah air, sekarang kebocoran saja 48 persen, mau nambah berapa, kalau cuma nambah 10 persen, lebih cepat kita bicara menahan kebocoran 48 persen," ujarnya.
Sementara itu, Forum Air Jakarta (FAJ) meminta kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyusun peta jalan penyelamatan krisis air baku untuk air minum di DKI Jakarta. Hal ini dimaksudkan agar Jakarta terbebas dari ancaman krisis air baku.
"Karena kebutuhan air minum meningkat sementara pasokan air baku relatif tetap, peta jalan ini langkah awal untuk penanganan masalah air baku," kata Ketua Forum Air Jakarta, Sri Widayanto.
Sri Widayanto menjelaskan perrmasalahan krisis air baku di Jakarta antara lain karena kurangnya koordinasi antarlembaga dalam pengelolaan dari hulu ke hilir sumber daya air, sehingga solusi yang diambil bersifat jangka pendek dan parsial. Sehingga pasokan air baku di unit pengolahan air berkurang.
Perlu diketahui, dengan jumlah penduduk mencapai 11,4 juta jiwa di tahun 2010, DKI membutuhkan air 26.938 liter per detik. Namun saat ini, air yang tersedia hanya sekitar 17.800 liter per detik. Maka saat ini defisit air di DKI mencapai 9.138 liter per detik atau hampir 10 meter kubik per detik. DKI bergantung 80 persen pasokan air dari Saluran Tarum Barat yang membawa air baku dari Waduk Jatiluhur ke Jakarta.
Upaya pemenuhan telah dirancang oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang akan menyediakan air bersih sebesar 9 meter kubik per detik secara bertahap. Mulai tahun 2015 sebesar 4 meter kubik per detik. Penataan ini diharapkan dapat meningkatkan asupan air baku ke Jakarta dari 16,1 meter per detik menjadi 3,11 meter kubik per detik, untuk mencapai angka ideal 41,6 meter kubik per detik.