TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pesatnya pembangunan mendesak sebagian warga miskin harus bertahan demi keberlangsungan hidup di ibukota. Manusia gerobak misalnya, karena keterbatasan ekonomi mereka harus hidup dalam sebuah gerobak.
Seluruh aktivitas mulai siang hingga sore digunakan untuk memulung. Sementara ketika malam datang mereka tidur di dalam gerobak di kawasan tertentu seperti di taman, terminal, kolong jembatan layang dan emperan toko.
Gerobak yang dijadikan rumah berjalan memang sangat rawan dan jauh dari artian rumah yang sebenarnya yang dijadikan tempat berlindung dari panas dan hujan serta tempat untuk beristirahat.
Salah satu keluarga manusia gerobak yakni keluarga Wasman (60) tinggal di dua gerobak yang dibuat dari hasil tangannya sendiri. Gerobak yang satu dihuni oleh ibunya, nenek Anah (80), gerobak kedua setiap malam digunakan untuk tidur anak dan istrinya serta siang hari digunakan untuk memulung.
Selama hidup sebagai manusia gerobak, banyak suka duka yang dialami oleh Wasman sekeluarga mulai dari kemalingan hingga dihantui rasa takut tertangkap oleh Satpol PP.
"Banyak suka-dukanya, sukanya ya kalau bisa makan. Itu sudah senang sekali. Dukanya yang banyak karena kita han hidup di jalan jadi ya gak tenang, was-was terus," ujar Wasman.
Diceritakan Wasman, saat dirinya tinggal dan beristirahat di dekat Pasar Rumput, banyak barang-barang miliknya yang hilang dicuri maling. Terutama saat malam hari, ketika keluarga terlelap tidur. Barang-barang yang kerap hilang diantaranya uang, perlengkapan sekolah anaknya seperti sepatu, dan jam tangan milik anaknya.
Seringnya kehilangan, Wasman memutuskan mencari tempat beristirahat yang lebih aman. Dan kini dirinya tinggal di sekitar Stasiun Manggarai. Di sana Wasman tinggal bersama beberapa manusia gerobak lainnya.
"Dahulu waktu masih di Pasar Rumput, barang banyak yang pada hilang. Sudah susah masih aja dicuri. Banyak orang jahat. Pas malam biasanya maling beraksi, garayangi pas pada tidur. Yah namanya letih seharian mulung gak terasa. Sama paling yang saya takutin itu kalau ketemu Satpol PP, takut diangkut," tutur Wasman.