News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tahu Tempe Hilang, Pedagang Kebingungan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja menurunkan kedelai impor dari Amerika di toko pengecer, di Jakarta Timur, Rabu (28/8/2013). Harga kedelai impor semakin melambung membuat para pengusaha tahu dan tempe kesulitan dalam menjalankan usahanya. Mahalnya harga kedelai impor ini akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Dwi Rizki

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi unjuk rasa dan mogok produksi seluruh perajin tempe tahu selama tiga hari terhitung sejak tanggal 9 September sampai dengan tanggal 11 September 2013 mendatang, membuat pedagang tempe tahu di pasar Tebet dan Pasar Minggu libur berjualan.

Akibatnya, beberapa pedagang tempe tahu terpaksa banting setir dengan berjualan ayam ataupun sayuran. Karena selain untuk mengisi waktu senggang akibat tidak adanya pasokan, upaya ini juga dilakukan untuk berjaga-jaga apabila para perajin tahu tempe memperpanjang waktu unjuk rasa dan mogok produksinya.

Hal tersebut diungkapkan Marni (38) pedagang tempe tahu di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dirinya yang terlihat masih kaku berjualan sayuran itu mengaku terpaksa berjualan sayuran karena untuk menutupi modal harian, yakni uang sewa lapak dan retribusi sampah.

"Kan sayang juga kalau nggak jualan, soalnya kan biaya sewa lapak sama uang retribusi sampah sama keamanan sudah dibayar sebulan. Tapi memang sih, kebanyakan pedagang tahu tempe libur dari hari ini sampai lusa," jelasnya.

Diharapkannya, agar pemerintah bisa cepat mengambil tindakan dalam menyikapi aksi mogok masal perajin tahu tempe ini. Sebab apabila tidak, banyak pihak yang akan merasakan kerugian.

"Gara-gara ini bisa panjang urusannya, mulai dari pedagang (tahu tempe) kayak saya, pedagang kedelai, pedagang makanan sampai ibu-ibu rumah tangga bakal susah," ungkapnya kecewa.

Hal serupa juga disampaikan, Anto (37) pedagang tahu tempe di Pasar Tebet, Jakarta Selatan. Dirinya yang terlihat menganggur dan duduk mengobrol dengan sesama pedagang tempe tahu lainnya mengaku prihatin atas aksi mogok produksi perajin tahu tempe yang terulang kembali. Diharapkannya, seluruh pihak baik pemerintah maupun perajin tempe tahu bisa berkerjasama dan berkoordinasi agar peristiwa yang merugikan ini tidak terjadi lagi.

"Perasaan saya jelas kecewa, kok bisa kejadian begini lagi, tapi perajin (tempe tahu) juga jangan seenaknya mogok produksi, harus dilihat juga dampaknya ke masyarakat. Tapi kali ini harganya memang keterlaluan sih," ungkapnya bingung.

Perasaan kecewa juga diungkapkan beberapa pemilik Warung Tegal (Warteg) di wilayah Jakarta Selatan. Seperti halnya Marni (32) pemilik Warteg Sinar Tegal, Jalan Raya Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Diungkapkannya, akibat tidak adanya pasokan tempe dan tahu, dirinya mengaku bingung untuk menentukan menu lauk dua hari ke depan.

"Kalau hari ini sih masih nggak apa-apa, soalnya kan ini tempe sama tahu stok dari belanja dua hari yang kemarin. Kalau kondisinya begini saya bingung mau masak apa," jelasnya.

Selain itu, omset penjualan hariannya juga diperkirakannya akan turun drastis selama tiga hari ini. Sebab dengan hilangnya menu tempe tahu, secara langsung pembeli juga terbatas.

"Kan menu tempe tahu termasuk makanan yang harganya terjangkau, kayak misalnya makan satu porsi pakai nasi, opor tahu, tempe orek, sama gorengan tempe cuma seharga Rp 5000 satu porsinya. Nah, kalau diganti menunya pakai ayam, ikan atau cumi, harganya bisa Rp 9000 sampai Rp 12.000 satu porsinya. Dari situ aja udah kelihatan bedanya," ungkapnya menjelaskan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini