News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Meski Belum Laris, Pedagang Ini Dukung Program Jokowi

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Gusti Sawabi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas Satpol PP mengangkut lapak pedagang kaki lima (PKL) yang nekat berjualan di trotoar Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (12/9/2013). Sebanyak 250 aparat gabungan kembali melakukan penertiban terhadap PKL yang masih berjualan di trotoar. Warta Kota/angga bhagya nugraha


Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang biasa berjualan di trotoar di Jalan Basuki Rahmat, Jakarta Timur, mengeluh merugi setelah mengikuti program relokasi ke PD Pasar Gembrong, Cipinang Besar.

Mereka mengeluhkan hilangnya pemasukan, karena tak ada pembeli yang   mampir ke tempat mereka berdagang saat ini sejak sepekan lalu.

Bahkan pedagang mainan dan karpet yang menempati PD Pasar Gembrong Cipinang Besar, belum melihat adanya pembeli yang lalu lalang, atau bertransaksi. Sebagian besar kios tertutup atau dibiarkan terbuka tanpa penjaga .

Tatan (27), seorang pedagang mainan mengatakan, sepinya pembeli sudah terjadi sejak dirinya mulai berjualan pekan lalu. Akibat kondisi ini, pemasukannya pun jauh berkurang. Sebagai perbandingan, biasanya Tatan mampu meraup laba bersih hingga lebih dari Rp 500 ribu per harinya. Sementara pada akhir pekan yang seharusnya jauh lebih tinggi dibanding hari biasa, dia hanya mendapat keuntungan total sebesar Rp 50 ribu.

"Itu juga karena ada langganan lama yang beli. Padahal namanya Pasar Gembrong, Sabtu dan Minggu ini paling ramai dikunjungi pembeli. Ini kan benar-benar mematikan pemasukan kita," katanya saat ditemui, Senin (16/9/2013).

Warga Cipinang Besar Selatan ini mengatakan, kondisi tersebut membuat beberapa pedagang memutuskan untuk menutup tokonya lebih cepat, atau bahkan kembali ke lokasi berjualan mereka yang lama, yakni trotoar dan bahu Jalan Basuki Rahmat.

"Sudah pernah mengeluh ke pengelola PD Pasar, tapi jawabannya cuma sabar," lanjutnya.

Sementara itu Untung (55), mengalami hal yang sama. Perajin sekaligus pedagang kembang hiasan ini mengaku sepinya pembeli membuatnya tidak memiliki penghasilan hingga harus meminjam uang kepada tetangga.

"Sudah hampir Rp 1 juta  utang saya. Untungnya tetangga masih percaya dan tahu kondisi saya," katanya.

Kendati terhimpit permasalahan, Untung mengaku tetap mendukung program Pemprov DKI untuk menata kawasan yang rawan macet. Namun, Untung berharap ada solusi terbaik agar pedagang tak kehilangan mata pencaharian mereka.

"Kami minta pengertian pemerintah, ini kan pemasukan utama warga yang tinggal di sini, baik yang berdagang mainan, karpet, makanan dan minuman atau bahkan petugas parkir," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini