News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Isu Lingkungan

Efek Rumah Kaca, Suhu Jakarta Bisa Memanas Hingga Setengah Air Mendidih!

Penulis: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

"Jangankan naik sepeda, baru buka kaca mobil saja kulit rasanya seperti terbakar. Belum lagi polusi asap kendaraan, nggak kuat deh!" tutur pemain film "Tinggal Landas Buat Kekasih" ini.

Cuaca ekstrim dan perubahan iklim drastis inilah yang membuatnya sedih dan makin tak nyaman tinggal di Jakarta. Widyawati yang kini bermukim di kawasan Bintaro itu jadi rada malas keluar rumah, kecuali kalau terkait pekerjaan dan acara penting lain.

Ia makin sulit mencari udara dengan oksigen yang segar di kota ini. Apa yang dia rasakan di masa kecil tinggal kenangan. Jakarta makin tak bersahabat cuacanya, meski itu buat warga asli seperti dirinya.

Widyawati juga merasa heran, saat ini sulit dibedakan kapan musim hujan dan kemarau. Semasa kecil, ia merasakan puncak musim hujan terjadi pada tiap akhir tahun (Desember) dan puncak musim kemarau pada bulan Juli.

"Sekarang ini aneh. Musim kemarau sedang panas-panasnya tiba-tiba turun hujan deras banget. Sebaliknya, harusnya waktunya musim hujan, malah nggak hujan-hujan. Ini namanya benar-benar ketidakpastian iklim," curhat pemain film "Romi dan Juli" itu.

Karena itu, aktris yang tak pernah lepas dari kacamata khasnya itu memaklumi kalau wabah penyakit yang berkaitan dengan ketidakpastian iklim seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) itu merajalela di Jakarta akhir-akhir ini.

"Waktu saya kecil, rasanya nggak pernah dengar penyakit demam berdarah. Yang ada malaria, " kenangnya.

Widyawati Sophiaan                 

Apa yang dirasakan oleh aktris Widyawati barangkali cukup mewakili keresahan warga asli Jakarta terhadap dampak perubahan iklim akibat efek rumah kaca, polusi udara, ledakan jumlah penduduk, dan tata kota Jakarta yang kurang ramah terhadap lingkungan.

Pemicu Cuaca Ekstrim

Penelusuran Tribunnews.com pada berbagai sumber menyebutkan, suhu udara di Jakarta pada tahun 1870 hanya berkisar 26 derajat celcius.

Ini sebanding dengan dinginnya suhu udara di kawasan Puncak Jawa Barat, atau sejuknya temperatur di perbukitan seperti di Batu Malang, Jawa Timur.

Tapi sekarang, seabad lebih kemudian, kota yang dulu bernama Jayakarta ini mengalami lonjakan kenaikan temperatur menjadi rata-rata 32 - 34 tiap harinya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini