TRIBUNNEWS.COM -- Terkenal sebagai tempat nongkrong favorit, Jalan Puri Kembangan belakangan menjadi lahan bagi sebagian remaja perempuan untuk 'menjajakan diri'. Pantauan Warta Kota, malam minggu menjadi momen paling ramai. Beberapa perempuan muda tampak berkumpul di beberapa titik sepanjang jalan Puri Kembangan. Misalnya saja di samping restoran cepat saji yang berada persis di depan kantor Walikota Jakarta Barat.
Di sana, malam itu tampak empat remaja putri duduk. Sebatang rokok terselip di sela-sela sela-sela jari mereka. Meski masih muda, pakaian mereka berani; celana hotpants dengan baju kaos berdada rendah.
"Banyak kalau di sini," kata Febby, perempuan yang biasa menjadi perantara pria hidung belang dan gadis-gadis penjaja.
Menurut Febby, meskipun para ABG di sana tergolong 'genit', mereka tetap pilih-pilih. Mereka akan mengutamakan lelaki yang berpenampilan keren dan tampan. Jadi, bagi lelaki yang 'bulukan', katanya harus bekerja ekstra keras untuk bisa merayu gadis-gadis itu. "Kalau yang ngajak keren, mereka pada seneng. Kalau nggak keren, mereka pikir-pikir biasanya meskipun ditawari duit banyak," katanya.
Soal tarif, Febby menceritakan setiap gadis punya tarif yang berbeda-beda. Tapi, katanya, harganya berkisar antara Rp 300 ribu-Rp 400 ribu untuk sekali kencan. "Ya mainnya dimana saja, tergantung kesepakatan. Nggak ada aturan short time atau long time. Asal ceweknya suka, ya bisa lama," ujarnya.
Meskipun para ABG masih berusia belasan tahun, Febby mengungkapkan, rata-rata gadis muda itu adalah korban putus sekolah. "Usianya macam-macam, ada yang 13 tahun sampai 16 tahun. Mereka itu anak putus sekolah," katanya.
Uang yang didapat para remaja itu, imbuh Febby, biasanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sisanya buat bersenang-senang. "Ada yang niatnya buat senang-senang. Tapi banyak juga yang melakukan itu karena terdesak kebutuhan ekonomi," jelasnya. Ditambahkan Febby, para remaja tersebut biasanya beroperasi mulai jam sembilan malam hingga dini hari. "Jumlah mereka banyak, ada sekitar 20 orang yang tersebar di beberapa titik. (Feriyanto Hadi)