TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Keberadaan terminal Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Lebak Bulus diusulkan tetap ada, dengan sistem lewat, sama halnya bus dalam kota.
“10 menit maksimal, datang, angkut, jalan, jadi tidak boleh seperti sebelumnya, ngetem, parkir, dan menginap di terminal,” ujar Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Nirwono Joga di gedung Prasada Sasana Karya, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (22/1).
Dia mengatakan permasalahan pembangunan stasiun dan Depo Mass Rapid Transit (MRT) yang menutup terminal AKAP menunjukkan lemahnya perencanaan PT MRT dan Pemprov DKI Jakarta.
Semestinya, kata dia, perlu ada solusi agar bus AKAP tetap bisa beroperasi. Dalam desain stasiun Lebakbulus, ada Depo MRT di bagian atas, dan ada pertokoan di bawahnya. “Menurut saya, bisa dilakukan desain ulang, Depo untuk parkir dan perawatan itu jangan di Lebakbulus, di dalam Rencana Tata Ruang WIlayah (RTRW) Lebakbulus adalah kawasan kota, secara ekonomi, mubazir, lahan yang mahal untuk depo, harusnya bisa ditarik hingga Ciputat,” tuturnya.
Jika Depo berada di Ciputat, maka ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan oleh Pemprov DKI maupun Pemkot Tangsel. Antara lain harga tanah yang lebih murah, lebih luas, dan depo bisa lebih besar.
“Juga bisa memberi lapangan kerja bagi warga Tangsel, jadi MRT tidak hanya dinikmati DKI, tapi kawasan sekitar. Kalau Depo ada di Ciputat, itu artinya mendekati penumpang, sekaligus mengurangi kemacetan di Jalan Ciputat Raya. Jadi warga sudah naik kereta dari ciputat, kalau MRT start di Lebakbulus, kemacetan di Ciputat tidak terselesaikan,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Ketua Kowan Bisata, Sumardi mengatakan, para pekerja di Lebakbulus sangat kesulitan mencari nafkah setelah terminal Lebakbulus ditutup. ”Sejak ditutup kami kesulitan, terpaksa mengangkut penumpang dari Pom Bensin, kita mengembara mencari makan,” ujarnya.