TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengguna KAI Commuterline Jabodetabek (KCJ) beranggapan, permasalahan yang terjadi pada kereta komuter merupakan masalah klasik. Sebab, masalah tersebut terus berulang, tanpa ada perbaikan.
Hal itu terungkap pada diskusi yang diselenggarakan Ombudsman Indonesia, di Stasiun Juanda, Rabu (19/2/2014). Diskusi itu mempertemukan para pengguna kereta komuter dengan pengelola KCJ.
Dari ragam permasalahan yang dipetakan oleh Ombudsman Indonesia, permasalahan yang kerap terjadi pada KCJ semisal matinya AC di dalam gerbong, tidak adanya pemecah kaca dalam keadaan darurat, rute petunjuk KRL berupa nama-nama stasiun yang disinggahi, serta pengumuman yang sering tidak jelas. Permasalahan lain juga ada pada fasilitas stasiun, seperti eskalator mati dan atap bocor.
"Pertanyaan kami, butuh berapa lama menyelesaikan masalah klasik itu," tanya Haris dari komunitas pengguna jasa kereta komuter, KRLMania.
Haris menuturkan, masalah alat persinyalan rusak dan keterlambatan kereta adalah hal yang lumrah terjadi. Namun, tak ada penanganan dari pihak KCJ.
Hal yang sama juga dipertanyakan oleh Dewi, pengguna kereta komuter Bekasi-Jakarta Kota. Selain keterlambatan, pengguna kereta juga kerap diuji dengan kepadatan penumpang dalam gerbong, terutama jam sibuk pada pagi hari orang berangkat ke kantor.
"Kalau berangkat pagi, hanya Tuhan yang tahu rasanya seperti apa. Overload luar biasa," ucapnya.
Dengan kepadatan penumpang demikian, pengguna lain, Aditya mengibaratkan masuk ke gerbong komuter bagai berada di dalam koper baju yang didesak masuk seenaknya.
"Enggak ada beda manusia dengan barang. Kita manusia tapi berdesak-desak. Saya juga kalau lagi ngepak barang berdesak-desak," katanya.
Dalam kondisi demikian, katanya lagi, banyak penumpang yang akhirnya terjatuh atau pingsan.
Direktur Komersial dan Humas PT KAI Commuter Jabodetabek Makmur Syaheran mengakui bahwa pelayanan KCJ belum maksimal. Adapun penyejuk gerbong (AC) sekitar 20 persen saat ini sedang rusak. Perihal AC rusak ini, menurutnya, akibat sulitnya suku cadang yang tersedia. Tetapi, pihaknya tetap berusaha untuk mencari solusinya segera.
Pada kesempatan itu, Makmur memberikan kabar baik bahwa dalam waktu dekat akan ditambah gerbong pada rangkaian kereta. Jika biasanya satu rangkaian terdapat delapan gerbong, maka akan ditambah dua gerbong lagi dalam satu rangkaian. Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan serta-merta karena stasiun pun memerlukan penyesuaian peron.
"Paling tidak sampai akhir 2014 kita akan menambah rangkaian gerbong kereta," tuturnya.(Fitri Prawitasari)