TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekerasan antartaruna di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta tidak lagi berlangsung di dalam asrama. Kematian taruna tingkat I Dimas Dikita Handoko, Jumat (25/4/2014) kemarin menjadi indikasinya. Dimas ditemukan pingsan di kamar kosnya yang berjarak tujuh kilometer dari STIP Jakarta di kawasan Marunda, Jakarta Utara.
Hal ini dikatakan Ketua STIP Jakarta Kapten Rudiana dalam jumpa pers terkait kematian Dimas , di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Senin (28/4/2014) pagi.
Rudiana mengatakan pascaperistiwa serupa yang terjadi tahun 2008 silam, STIP telah melakukan pembenahan. "Kami telah memasang CCTV di beberapa ruangan," ujarnya.
Pemasangan CCTV ini dilakukan karena keterbasan jumlah personilnya. Ia mengatakan jumlah pegawai STIP tidak sebanding dengan jumlah taruna yang ada. Namun, CCTV menurutnya berhasil mencegah terjadinya kekerasan di asramanya.
Dalan konferensi pers itu, Kepala BPSDM Kemenhub Santoso Edi Wibowo mengajak masyarakat terutama warga di sekitar STIP untuk membantu institusinya mengawasi prilaku taruna STIP.
Setiap Jumat sore para taruna yang tidak piket jaga memang diperbolehkan meninggalkan asrama. Pada Minggu sore, ujar Edi, mereka sudah harus kembali ke asrama.
Rudiana keberatan bila harus mengawasi keberadaan taruna selama di luar asrama. "Seperti anak SD saja, ke mana-mana harus diawasi," katanya.(Abraham Utama)