Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga tiket bus untuk mudik lebaran membuat sebagian pemudik menunda keinginan untuk merayakan hari raya lebaran di kampung halamannya.
Seperti yang dialami Priatno (46) pedagang bakso asal Solo, Jawa Tengah, yang saban hari mangkal di terminal Pulo Gadung tersebut sudah enam tahun tidak pernah merayakan lebaran di kampung halamannya.
Priatno tidak mudik bukan karena sibuk atau tidak memiliki keluarga, melainkan karena tarif angkutan ke Solo yang mahal.
"Ya mahal, biasanya ongkos dua kali lipat naik, makanya setiap lebaran saya tidak pernah pulang, termasuk tahun ini" ujar Priatno, di Terminal Pulo Gadung, Minggu (27/7/2014).
Pria yang memiliki dua orang anak ini mengatakan biasanya harga tiket bus pulang ke solo hanya Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu, namun menjelang lebaran harga tersebut naik hingga dua kali lipat, bahkan dapat mencapai Rp 400 ribu.
"Kalo lebaran biasanya Rp 300 ribu bahkan ada yang Rp 400 ribu, sementara saya mudik dengan istri dan anak saya, jadi sekali mudik bisa satu juta, belum lagi pulangnya ke Jakarta," ujar Priatno.
Pria yang pernah bekerja sebagai office boy ini mengatakan dengan ongkos pulang yang tidak masuk akal tersebut dirinya selalu pulang dua minggu setelah lebaran, atau bahkan tidak pulang sama sekali. Padahal lanjut Priatno dirinya ingin sekali merayakan lebaran di Solo bersama keluarganya.
"Ingin lebaran di rumah, namun ya gimana ongkos mahal, ya jadi nanti saja, kalo ongkosnya cukup," ujar Priatno.
Kenaikan tarif diluar kewajaran tersebut diakui kepala terminal bus Pulo Gadung Muhamad Arafat.
Muhamad mengatakan lebaran dijadikan ajang perusahaan bus untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Lanjut Muhamad meski ada yang kenaikannya masih dalam batas normal kebanyakan sudah tidak masuk akal.
"Di Terminal ini saja (Pulo Gadung) banyak bus yang menaikan tarif diluar kewajaran, dan itu yang terus dibenahi," ujar Muhamad di kantornya.