Baca tanpa iklan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Benarkah separuh warga Jakarta miskin? Begitu lah pendapat Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Jumlah warga miskin Jakarta selama ini salah karena menggunakan standar Badan Pusat Statistik.
"Di DKI itu menurut data ada 300 ribu orang atau sekitar 3,7 persen orang berada di bawah garis kemiskinan. Tapi kalau kita melihat standar yang dipakai kaget kita," ujar Ahok di Balaikota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (29/9/2014).
Menurutnya, jika menggunakan standar hidup layak diketahui 50 persen warga Jakarta tergolong miskin. Sementara Data 3,7 persen tak sesuai dengan realita kehidupan warga Jakarta, bahkan bila disandingkan dengan standar minimum Bank Dunia sekali pun.
"Bank Dunia itu pakai 2 dolar AS per hari. Jadi sekitar Rp 750 ribu per bulan, itu bukan warga miskin. Kalau kita survei kebutuhan lajang di Jakarta mencapai Rp 2,4 juta. Saya minta yang terima 2,4 juta itu berapa. Mereka (BPS) enggak tahu katanya," ujar Ahok.
Karenanya Ahok meminta BPS mendata ulang jumlah warga miskin Jakarta. Cara demikian agar semua program yang direncanakan Pemprov DKI Jakarta membantu warga miskin lewat Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar tepat sasaran.
"Makanya kami minta BPS melakukan survei untuk mendata itu. Kami meminta siapa yang dapat. Saya yakin orang miskin di Jakarta bisa mencapai 50 persen. Kalau digunakan standar Rp 2,4 juta itu untuk lajang," imbuhnya.