TRIBUNNEWS.COM, DEPOK -- Psikolog Universitas Indonesia (UI) Dewi Haroen menilai ada indikasi dan kecenderungan bahwa Christopher (22) pengemudi Outlander yang menyebabkan kecelakaan maut di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada Selasa (20/1/2015) malam, adalah pengguna narkotika atau paling tidak pernah menggunakan narkotika.
Hal itu, kata Dewi, terlihat dari emosi Christopher yang meledak-ledak dan sangat emosional, ketika dilarang agar tidak mengemudikan mobil.
"Responnya dengan sangat emosional yakni marah dan membawa mobil dengan brutal. Secara logika, boleh marah tapi tidak perlu reaktif dengan mengendarai mobil serampangan. Jika seseorang yang terpengaruh narkotik, memang emosinya cenderung tidak stabil. Ketika dilarang justru dia malah marah," papar Dewi, saat diminta menanggapi psikologis pengendara Outlander maut saat kejadian, Rabu (21/1/2015).
Menurut Dewi, jika Christopher tidak dalam pengaruh narkotika saat kejadian, paling tidak diduga Christopher pernah menggunakannya dalam waktu yang cukup, sehingga emosinya menjadi agak tidak stabil dan respon atas emosi itu cukup liar.
"Tersangka sudah dalam usia dewasa, sehingga bisa dikenakan ancaman hukuman. Kasus ini berbeda dengan kasus yang menimpa Dul yang masih berusia anak-anak, kalau dilihat dari usia. Jadi dia bisa dikenakan tanggungjawab proses hukuma," katanya.
Dewi menambahkan, untuk menghindari hal ini bagi orang tua sebaiknya memantau terus perkembangan anak-anak mereka serta teman-teman dan lingkungan pergaulannya.
"Juga perkembangan emosi anak dalam menyikapi dan merespon sesuatu. Terutama ketika merespon sesuatu yang tidak dia suka," katanya.(Budi Malau)