TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perjalanan politik seorang Abraham Lunggana bisa dikatakan cemerlang.
Telah dua periode ia duduk di DPRD DKI Jakarta. Jabatan yang selalu ia pegang juga tergolong strategis, yakni sebagai Wakil Ketua DPRD.
Apakah pria asli Betawi ini memiliki keinginan menjadi orang nomor satu di tanah kelahirannya, dalam hal ini jabatan Gubernur DKI Jakarta?
"Enggak, enggak kepengen saya," ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, di Gedung DPRD DKI, Rabu (11/3/2015).
Sambil sesekali cekikikan memainkan Twitter di ponselnya, Lulung (sapaan Lunggana) mengungkapkan alasannya itu. Hal yang pertama adalah terkait usia.
Menurut Lulung, saat ini usianya telah menginjak 55, dan akan semakin bertambah saat perhelatan Pilkada DKI pada 2017 mendatang.
"Sekarang udah 55, ntar 2017 udah berapa? 57," ucap politisi PPP itu.
Namun, di luar faktor usia, Lulung mengungkapkan alasan lain di balik keengganannya maju menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Alasan itu adalah terkait dana. Meski memiliki tingkat perekonomian yang mapan, Lulung mengaku tidak punya cukup dana untuk maju menjadi calon gubernur.
Ia menyebut dana minimal yang diperlukan untuk bisa maju ke Pilkada DKI adalah sekitar Rp 200 miliar.
Dengan dana tersebut, kata Lulung, belum tentu seorang calon akan bisa memenangi pertarungan.
"Kalau saya maju, udah abis Rp 200 miliar. Belum tentu menang. Kalau kalah? Ya mending uangnya saya kasih buat istri dan anak-anak saya," kata tokoh asal Tanah Abang itu.
Lulung mengatakan, dana yang harus disiapkan untuk bisa memenangi Pilkada DKI adalah sekitar Rp 500 miliar.
Dengan demikian, kata dia, seorang calon gubernur harus mencari banyak dukungan sponsor.
"Paling enggak gopek (Rp 500 miliar) lah baru bisa menang. Harus punya sponsor. Kan enggak ada yang mau sponsorin saya," ucapnya tertawa. (Alsadad Rudi/ Kompas.com )