News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisruh APBD DKI

Inilah Surat Teguran yang Bikin Ahok Minta Maaf

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga anggota DPRD DKI yaitu Wahyu Dewanto (35) anggota DPRD dari Fraksi Hanura, lalu Aristo Purboadji (36), anggota DPRD dari Fraksi Gerindra, dan Fajar Sidik (40) anggota DPRD dari Fraksi Gerindra saat menghadap Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama memberikan surat teguran kepada gubernur, Senin (23/3/2015)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tiga anggota DPRD DKI mendatangi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (23/3/2015) sore.

Mereka adalah Wahyu Dewanto (35) anggota DPRD dari Fraksi Hanura, lalu Aristo Purboadji (36), anggota DPRD dari Fraksi Gerindra, dan Fajar Sidik (40) anggota DPRD dari Fraksi Gerindra.

Mereka tergabung dalam, Parlemen Muda Jakarta, yaitu anggota DPRD DKI yang berusia muda.

Mereka memberikan surat teguran kepada Ahok atas etikanya yang belakangan tidak sopan. Ditegur oleh anggota DPRD muda tersebut, Ahok pun meminta maaf. (Mohamad Yusuf)

Inilah isi Surat ‎Teguran kepada Ahok :

Yth. Bapak Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaya Purnama

Kami kaukus Parlemen Muda Jakarta (PMJ), ingin menyampaikan kegundahan hati kami kepada Bapak gubernur yang terhormat. Sebagai bentuk tanggung jawab PMJ atas permasalahan Jakarta terkini yang sangat menyita perhatian publik.

Pak gubernur yang terhormat, ‎sebagian besar dari anggota PMJ adalah anggota DPRD yang baru dilantik, kami sejujurnya tidak secara utuh mengetahui seluk beluk APBD DKI Jakarta yang bermasalah khususnya APBD 2014, Karena kami waktu itu belum menjadi anggota DPRD DKI Jakarta, atau boleh dikatakan kami ini adalah anggota new comer.

Kaukus ini pun dibentuk berlandaskan dua hal penting, yang pertama yaitu ruang diskusi sekaligus refleksi, kami para anggota parlemen muda menjadi tempat akselerasi pemahaman kondisi situational DPRD DKI Jakarta sehingga kami bisa berbuat lebih untuk Jakarta. Kedua, sebagai wadah perjuangan idealisme kami mendukung pemberantasan korupsi.

Terlepas dari itu semua, sejujurnya bersama surat ini kami sebagai kaukus parlemen muda ingin menyampaikan keprihatinan kami tentang norma dan etik.

Mohon maaf pak gubernur, dengan segala kerendahan hati, pernyataan-pernyataan bapak dimedia yang memakai nomenklatur serampangan untuk menunjuk sesuatu hal, menurut kami adalah pelangaran norma moral.

Hal ini besar efeknya karena menyangkut masa depan generasi penerus kita.

Bapak gubernur yang terhormat, kami masih akan sangat percaya kepada pemimpin kami yang galak dan keras kepada bawahannya.

Sekalipun itu di muka publik. Namun jika kami memiliki pemimpin yang menggunakan kata-kata kotor didepan publik tanpa ada filter sama sekali, bagi kami itu adalah perbuatan yang sangat mengecewakan.

Kami tidak membayangkan bagaimana generasi setelah kita nantinya, jika sekarang kita mencontohkan hal-hal yang buruk kepada mereka.

Bagaimana nantinya jika kata-kata kotor menjadi hal lumrah bagi mereka, karena kita sebagai pemimpin mencontohkan hal demikian.

Pak gubernur yang terhormat, bukankah tugas kita sebagai pemimpin salah satunya menjamin masa depan generasi penerus kita tetap eksis dan membekali mereka dengan ide dan etika yang baik?

Pak gubernur yang terhormat, apalah artinya capaian kinerja setinggi langit, kalau moral kita serendah palung bumi. Apalah artinya generasi yang maju dan mumpuni kalau etika dan moral mereka hanya ilusi.

Tanpa maksud menggurui, pak gubernur yang terhormat, tugas kita sebagai pemimpin adalah memberikan tauladan kepada generasi penerus agar mereka dapat melanjutkan perjuangan kita.

Kepercayaan kami dahulu, pemimpin yang kami pilih dapat memberikan tauladan yang baik secara moral dan etika kepada kami semua masyarakat Jakarta.

Mengkiblat jargon "Revolusi Mental" bapak Presiden Jokowi, mental adalah landasan utama pembangunan. Kami percaya bahwa mental yang baik dicitrakan oleh etika yang baik.

Oleh Karena itu, mari pak gubernur, kami Parlemen Muda Jakarta, mengajak bersama-sama interopeksi diri. Apakah kita sudah pantas menjadi pemimpin? Apakah kita layak memimpin? Apakah kita mau mengakui kesalahan?

Salam hormat,

Parlemen Muda Jakarta (PMJ)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini