Laporan Wartawan Wartakotalive.com,
Theo Yonathan Simon Laturiuw
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terungkap sudah identitas pembunuh Deudeuh Alfi Sahrin (26) alias Empi, di kamar kosnya di Jalan Tebet Utara 1 nomor 15 C RT/RW 07/010, Tebet, Jakarta Selatan, pukul 19.00, Sabtu (11/4/2015) malam.
Pria tersebut adalah langganan setianya yang bernama Rio Santoso, yang berprofesi sebagai guru privat di sebuah bimbingan belajar di Kedoya, Jakarta Barat.
BACA: Pembunuh Empi Ternyata Guru Privat Berinisial RS
"Ternyata Rio lekas keluar dari kamar usai membunuh Empi," kata Kanit Satu Jatanras Polda Metro Jaya, Budi Towoliu, Rabu (15/4/2015).
Sebelumnya, Kepala Subdit Jatanras Dit Reskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Herry Heryawan mengatakan motif pembunuhan tersebut karena pelaku tersinggung dengan ucapan korban yang selalu mengatakan RS memiliki bau badan yang tidak sedap ketika berhubungan intim.
“Tersangka sakit hati karena (disebut,-red) bau badan,” tutur AKBP Herry Heryawan kepada wartawan, Rabu (15/4/2015).
Kepada aparat kepolisian, RS bercerita korban sesekali menutup hidung saat berhubungan intim. Ini karena, korban tidak tahan dengan bau badan. Korban sempat memberitahu hal ini kepada pelaku.
“Tersangka secara spontan membunuh korban menggunakan kabel hari dryer dan menyumpal mulut menggunakan kaos kaki,” ujar AKBP Herry Heryawan.
RS ternyata bukan berstatus single, melainkan dia sudah mempunyai seorang anak berusia 8 tahun dan istri yang sedang mengandung.
Aparat kepolisian berhasil menangkap pelaku pembunuhan, Deudeuh Alfi Sahrin alias Tata alias Empi. Penangkapan dilakukan di tempat persembunyian di Desa Mutiara, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Rabu (15/4/2015) dinihari.
Seperti diketahui guru privat berinisial RS, membunuh Deudeuh Alfi Syahrin (26) alias Empi lantaran diejek bau badan saat tengah berhubungan seks.
Tapi pembunuhan terjadi pada Jumat (10/4/2015), sekitar pukul 20.00.
"Tersangka sakit hati karena (disebut) bau badan," kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan kepada wartawan.