TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk menjamin keselamatan pemudik, pengelola Terminal Pasar Minggu tidak mengizinkan sopir maupun kondektur yang sakit untuk bertugas.
Oleh karena itu, sebelum bertugas mereka harus menjalani pemeriksaan kesehatan.
Kepala Terminal Pasar Minggu Hengky Risakotta mengatakan, pihaknya sudah mendirikan posko kesehatan di dalam kantor Terminal Pasar Minggu. Di posko itu, petugas akan memeriksa kesehatan para sopir maupun kondektur.
"Faktor yang kita periksa tensi darah dan kondisi kesehatan secara umum," kata Hengky di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (14/7/2015).
Menurut Hengky, para sopir yang tidak dalam kondisi prima dilarang mengantarkan pemudik ke kampung halamannya. Ia memberi contoh, pada H-7 yang jatuh pada Jumat (10/7/2015) lalu, ada kondektur yang merasa mual karena masuk angin.
Maka, kondektur itu tidak diizinkan bertugas. "Harus istirahat dan dirawat dulu sampai sembuh baru bisa narik lagi. Apalagi tensi darahnya juga tinggi, bahaya," tutur dia.
Keselamatan penumpang memang merupakan faktor yang ditekankan Dinas Perhubungan pada musim mudik ini. Kelaikan bus dan kondisi sopir harus dipastikan baik sebelum bus tersebut berangkat ke tujuan.
Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan Priyanto mengatakan, uji fisik kendaraan dan kesehatan sopir dilakukan di setiap terminal, termasuk Terminal Pasar Minggu. Namun, untuk pemeriksaan lengkap dan lebih mendetail dilakukan hanya di tiga terminal besar.
"Kalau Pasar Minggu hanya dicek fisik untuk laik jalan, misalnya untuk kondisi ban, kondisi wiper, kondisi lampu, dan paling utama adalah alat pemecah kaca, itu untuk keadaan darurat," kata dia.
Sementara itu, lonjakan penumpang yang akan berangkat ke Jawa Tengah sudah terlihat di Terminal Pasar Minggu sejak H-7 kemarin. Hingga H-3, penumpang yang diberangkatkan sudah mencapai 1.280 orang. (Unoviana Kartika)