Penulis, Ikhsan Digdo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Mahir (70). Pria yang sudah terlihat sepuh ini, adalah salah satu warga Kampung Pulo. Ia mengaku sudah puluhan tahun, bahkan sejak ia masih kecil hingga memiliki cucu. Kenangannya saat masih tinggal di Kampung Pulo, diakuinya tak pernah bisa ia lupakan.
"Meskipun fasilitas disini bagus, tetap saja saya lebih baik tinggal di Kampung Pulo," ujar Mahir saat ditemui di Rusunawa, Jatinegara Barat, Minggu (23/8/2015).
Rusunawa kini jadi tempat tinggal barunya. Ia tak memungkiri, kamar di Rusunawa Jatinegara Barat ini lebih bagus meski luasnya sempit. Tinggal bersama anak dan cucunya, membuat tempat tinggalnya terasa sempit.
Sementara biaya sewa kamar yang harus dikeluarkan setelah tiga bulan, diakui Mahir sangat memberatkan. "Kami sebenarnya sudah setuju saja untuk dipindahkan disini tapi kami keberatan dengan biaya uang sewa nanti," ujar Gunawan, anak dari Mahir.
Uang sewa sebesar 300 ribu per bulan masih menjadi alasan bagi Gunawan dan keluarga untuk was-was tinggal di rusun ini lantaran biaya itu belum mencakup uang listrik dan air.
Gunawan kemudian mengenang saat masih tinggal di Kampung Pulo. "Dulu suka ada pengajian di Kampung kami dan kami selalu pergi ke mesjid untuk salat," Mahir, ayah Gunawan menambahkan seraya mengatakan di Rusunawa Jatinegara Barat belum ada mesjidnya.
Suasana kebersamaan di Kampung Pulo juga menjadi kenangan manis yang dirindukan oleh Gunawan dan keluarganya. Sewaktu masih tinggal disana antar sesama bisa mengobrol bersama dengan mudah.
Berbeda dengan di Rusunawa, untuk bermain ke tetangga sangat sulit karena banyak dari tetangga mereka yang tersebar di beberapa lantai di Rusunawa ini. "Kami sudah menerima dengan keputusan pemda DKI atas penggusuran ini tapi harapan kami semoga Pemda DKI bisa membebaskan uang sewa dan lainnya," Gunawan berharap.