Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Normalisasi Sungai Ciliwung dengan betonisasi dianggap tidak tepat oleh para pengamat. Satu di antaranya Pengamat Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga. Namun pandangan Nirwono dibantah oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Membeton tepi Sungai Ciliwung menurut Nirwono justru menambah masalah lingkungan, dan bukan sebuah prestasi seperti opini publik kemukakan. Ahok membantah pernyataan itu saat dikonfirmasi.
Kata Ahok, ia bisa beradu pendapat dengan Nirwono karena betonisasi tidak sampai bawah sungai. Selain itu, kalau mau normalisasi Sungai Ciliwung dengan cara alamiah, maka dibutuhkan lebar 60 meter antara sungai ke daratan.
"Bisa enggak kamu korbanin 60 meter? Ngambil jalan inspeksi saja sudah marah-marah, menggusur yang nguruk sungai saja sudah marah-marah. Itu sungai kan lebarnya 20-30 meter, kalian uruk tinggal lima meter. Saya bersihin 15 meter hasil urukan saja marah, dibilang melanggar HAM (Hak Asasi Manusia)," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Menurutnya, tidak bisa normalisasi Sungai Ciliwung dengan menggunakan sistem yang alami karena jenis tanah di Jakarta itu Aluvial (terbentuk karena endapan).
Sebelumnya mengutip dari Antara, Nirwono mengatakan bahwa normalisasi Sungai Ciliwung dengan cara betonisasi akan membuat air makin kencang sehingga tidak terserap dan terhambat. Jadi akan banyak sedimentasi saat musim hujan dan arus air yang bertambah kencang namun saat musim kemarau tidak banyak air karena langsung menyusut.
Hal itu terjadi di negara-negara di Eropa pada dasawarsa 80-an di mana negara-negara di sana membeton bantaran sungai, "Saat itu terjadi ledakan penyakit lingkungan, ekosistem mati, dan warga di sekitar sungai terkena penyakit," ucap Nirwono.