Sopir bajaj itu berpikir sejenak dan menjawab, “Pak, anak saya meninggal siang tadi dalam sebuah kecelakaan. Saya tidak punya cukup uang untuk pemakamannya. Jadi saya berjanji untuk tidak minum bahkan air, hingga saya mendapatkan cukup uang untuk pemakaman anak saya. Itu sebabnya saya tidak minum teh ketika Anda menawarkan. Tolong, jangan salah paham.”
Kami berdua merasa hancur mendengarnya dan menawarkan lebih banyak uang untuk pemakaman anaknya.
“Silakan ambil ini,” kata saya sambil menyodorkan beberapa lembar uang.
Dengan sopan sopir bajaj itu menolak, “Terima kasih Pak untuk kemurahan hati Anda. Dalam satu atau dua jam, jika saya mendapatkan satu atau dua lebih banyak pelanggan, saya akan mendapatkan uang yang cukup saya butuhkan." Dan ia pergi meninggalkan tempat kami.
Sopir itu bisa saja mengenakan tarif beberapa kali lipat kepada kami karena hujan yang menghalangi kami. Namun, ia hanya memberlakukan tarif biasa. Meksipun kondisi keuangannya yang sedang tidak baik, kesedihan yang mendalam, sopir bajaj itu tetap jujur pada kata-katanya.
Jujur kepada siapapun, karena kejujuran adalah kebijakan yang tepat.
Penulis: K. Tatik Wardayati