News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Piala Presiden

Richard Ahmad: Jangan Sudutkan The Jakmania

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal, Tito Karnavian (tengah) Ketua umum Viking, Heru Joko (kiri) bersama Ketua Umum (Ketum) The Jakmania, Richard Ahmad Supriyanto (kedua kanan) berpose bersama usai menggelar rapat berkaitan pengamanan final Piala Presiden di Biro Ops Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (13/10/2015). Rapat tersebut membahas Final Piala Presiden yang mempertemukan Persib Bandung dengan Sriwijaya FC pada Minggu, (18/10/2015) yang rencananya akan diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Super Ball/Feri Setiawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok suporter The Jakmania dinilai sebagai penyebab terjadinya insiden kekerasan selama gelaran final Piala Presiden 2015 yang mempertemukan Persib Bandung dan Sriwijaya FC.

Pendukung klub Persija Jakarta tersebut telah berbuat anarkis karena menolak Persib Bandung bertanding melawan Sriwijaya FC di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (18/10/2015).

Ketua The Jakmania, Richard Ahmad, meminta semua pihak tidak mengkonotasikan kejadian itu sebagai ulah The Jakmania yang dipimpinnya. Sebab, insiden itu merupakan perbuatan massa cair yang di antaranya pelajar dan anak di bawah umur.

"Yang harus digarisbawahi, Jakmania itu oranye. Oranye itu belum tentu Jakmania. Jangan sampai fans sepakbola dikambinghitamkan. Terkait The Jak sudah dalam posisi disudutkan publik," tutur Richard kepada wartawan, Kamis (22/10).

Polda Metro Jaya dan jajarannya mengamankan ribuan orang yang dinilai terlibat insiden kekerasan berupa penghadangan dan penyerangan kendaraan bermotor. Sebanyak 39 orang di antaranya ditetapkan sebagai tersangka karena membawa senjata tajam, bom molotov, dan narkoba.

Sekjen The Jakmania, Febrianto, ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan penyebaran informasi yang menghasut banyak orang berbuat kekerasan. Dia menggunakan media sosial, Twitter, untuk melakukan hal tersebut.

Richard telah bertemu Febrianto untuk memberikan dukungan moril. Dia menanyakan kepada rekannya tersebut mengapa sampai mengalami permasalahan seperti itu. Dia menilai pria yang pernah bekerja di media massa itu khilaf.

"Soal tweet itu enggak ada maksud tertentu. Artinya memang tweet itu lebih mengkritik. Kalau itu manusia ada salahnya. Artinya saya prihatin, ini juga emosi tinggi," sambung Richard.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini