Laporan wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sama halnya di wilayah provinsi lainnya, produk fesyen, kain tenun Nusa Tenggara Timur cukup diminati.
Lebih mendekatkan diri kepada konsumennya, Dekranas Provinsi NTT memamerkan sejumlah produk kreatif di anjungan Nusa Tenggara Taman Mini Indonesia (TMII).
Tidak hanya kain tenun, fesyen berbahan tenun juga ditampilkan gerabah, anyaman, aksesori, kuliner, hingga batu akik khas NTT dalam ajang Eksotika NTT 2015 ini.
"Event ini diadakan mempertemukan penikmat seni, peminat, hingga pelaku dan produsen sehingga mereka bisa bersinergi," kata Ketua Dekranas Provinsi NTT Lucia Adinda Lebu Raya di TMII, Jakarta Timur, Jumat (23/10/2015).
Dikatakannya, sinergi antara penikmat seni, peminat ataupun pelaku penting agar produsen atau perajin menciptakan produk yang bernilai jual tinggi,
Dekranasda NTT, menurut dia, sering berpartisipasi dalam setiap pameran yang digelar baik oleh pemerintah pusat maupun oleh provinsi lainnya.
“Saatnya memiliki pameran sendiri karena kami juga memiliki kekayaan produk kreatif yang layak dipamerkan ke masyarakat luas,” katanya.
NTT saat ini memiliki 42,000 perajin tenun ikat yang tersebar merata hampir di seluruh wilayah.
Lebih lanjut dia menegaskan pameran tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah mempromosikan produk kreatif NTT di kancah nasional.
Dia berharap promosi tersebut dapat mengangkat citra produk kreatif NTT di kancah nasional maupun global.
Salah satu produk kreatif Indonesia, berupa tenun, bahkan sudah dikembangkan menjadi fesyen bernilai jual tinggi oleh sejumlah desainer ternama.
Selain produk kreatif, selama pameran berlangsung, akan ditampilkan juga berbagai atraksi seni budaya NTT, antara lain tari-tarian yang dibawakan oleh komunitas diaspora NTT di Jakarta, mulai dari tarian Hedung (Ikatan Keluarga Besar/IKB Titehena), Tari Bebing (Lu’ur Dolor Maumere).
Kemudian Tari Gawi (IKB Wuamesu), Tari Kataga (IKB Sumba), Tari Dolo-dolo (IKB Titehena), Tari Hegong (Lu’ur Dolor Maumere), Tari Caci (Ikamada-Jakarta), dan Tari Toda Gu (Nagekeo).