News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kebutuhan Apartemen di Bekasi Semakin Banyak

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja tengah mengerjakan pembangunan Apartemen di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (5/10/2015). Meskipun rupiah masih tertekan terhadap Dollar AS, tak menyurutkan pengeembang untuk mengembangkan investasi Apartemen di Jakarta. Warta Kota/angga bhagya nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah laju pertumbuhan pembangunannya, dengan tingkat pertambahan penduduk 3,6 persen per tahun saat ini kebutuhan perumahan di Bekasi semakin tinggi.
Hunian vertikal menjadi salah satu solusi untuk mengimbangi tingginya kebutuhan itu dan terbatasnya lahan.

Kepala Dinas Tata Kota Pemerintah Kota Bekasi, Koswara menjelaskan kebutuhan hunian saat ini lahan untuk hunian vertikal mencapai 9500-an hektare. Sementara sisanya tinggal seluas 1700-an hektare lahan untuk perumahan (landed house).

"Untuk wilayah utara atau pusat kota kami arahkan untuk vertikal,” ujar Koswara, Selasa (24/11/2015).

Sementara itu Head of Research Property Connection Indonesia Anton Sitorus mengatakan Pemkot Bekasi harus lebih fokus pada perencanaan tata kotanya. Menurutnya, pengembangan kota semestinya tidak semata untuk highrise, melainkan juga mendorong terbangunnya lowrise dan midrise.

"Terkait Bekasi, saya tak lihat banyak bedanya dengan kota lainnya (di Jabodetabek). Bahkan, secara infrastruktur, saya pikir Bekasi-lah yang paling diuntungkan,” kata Anton.

Untuk itulah, lanjut Anton, dia menyarankan kepada Pemerintah Kota Bekasi, agar perencanaan pembangunan highrise di kawasan penyangga harus lebih berhati-hati.

“Ada efek sosial dari pembangunan high rise yang berlebihan, terutama akibat perencanaannya yang tidak benar, yang pada akhirnya membawa efek negatif yang juga jelek pada sektor ekonominya,” ungkap Anton.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini