TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah laju pertumbuhan pembangunannya, dengan tingkat pertambahan penduduk 3,6 persen per tahun saat ini kebutuhan perumahan di Bekasi semakin tinggi.
Hunian vertikal menjadi salah satu solusi untuk mengimbangi tingginya kebutuhan itu dan terbatasnya lahan.
Kepala Dinas Tata Kota Pemerintah Kota Bekasi, Koswara menjelaskan kebutuhan hunian saat ini lahan untuk hunian vertikal mencapai 9500-an hektare. Sementara sisanya tinggal seluas 1700-an hektare lahan untuk perumahan (landed house).
"Untuk wilayah utara atau pusat kota kami arahkan untuk vertikal,” ujar Koswara, Selasa (24/11/2015).
Sementara itu Head of Research Property Connection Indonesia Anton Sitorus mengatakan Pemkot Bekasi harus lebih fokus pada perencanaan tata kotanya. Menurutnya, pengembangan kota semestinya tidak semata untuk highrise, melainkan juga mendorong terbangunnya lowrise dan midrise.
"Terkait Bekasi, saya tak lihat banyak bedanya dengan kota lainnya (di Jabodetabek). Bahkan, secara infrastruktur, saya pikir Bekasi-lah yang paling diuntungkan,” kata Anton.
Untuk itulah, lanjut Anton, dia menyarankan kepada Pemerintah Kota Bekasi, agar perencanaan pembangunan highrise di kawasan penyangga harus lebih berhati-hati.
“Ada efek sosial dari pembangunan high rise yang berlebihan, terutama akibat perencanaannya yang tidak benar, yang pada akhirnya membawa efek negatif yang juga jelek pada sektor ekonominya,” ungkap Anton.