TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Waketum DPP FPI, Jafar Shoddiq menjelaskan bahwa Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi telah menyebar kemusyrikan saat mengeluarkan Peraturan Gubernur dan Peraturan Daerah yang tidak melibatkan kyai dalam prosesnya.
Padahal, selama ini Purwakarta dikenal sebagai Kabupaten Tasbih. Bukan sebaliknya yang memperbanyak patung di wilayah tersebut.
"Jadi begini, di Purwakarta itu, patung jadi Kyai, Kyai jadi patung. Jadi sekarang namanya bukan Kota Tasbih, tapi Kota Patung," ujarnya saat ditemui di Kantor MUI, Jakarta, Kamis (26/11/2015).
Alasannya, banyak Kyai yang akhirnya diam karena pada saat menyampaikan pendapat serta kritik, justru dihadapkan dengan preman-preman pemerintah.
Jafar menuturkan bahwa dirinya mendapat laporan dari masyarakat Purwakarta yang mengatakan bahwa saat salat maghrib, banyak dari mereka yang mengatakan selamat malam pada saat menoleh di rakaat terakhir.
Serta berbicara selamat siang dan sore pada saat salat dhuhur dan ashar. "Terus kalau mereka lagi salat tahajjud mau ngucapin apa? Selamat remang-remang?" katanya.
Terlebih, menurut Jafar, Bupati Purwakarta telah menyebutkan bahwa suara seruling lebih indah daripada suara lantunan kitab suci al-quran. Dia menilai bahwa hal tersebut sudah menodai umat Islam.
"Jadi memang aqidah di Purwakarta berada di taraf membahayakan. Oleh karenanya Habib Rizieq mencoba membenahi hal tersebut," katanya.