Para penumpang ini, kata Fadhila, memanfaatkan masih adanya celah di Stasiun Maja yang membuat penumpang dapat keluar dari stasiun tanpa melalui gerbang elektronik.
"Ini kan dia naik dari Tanah Abang mau ke Maja. Tetapi, demi hemat Rp 500, dia tap-out dulu di stasiun sebelum Maja. Di situ dia tap-out, tapi dari dalam. Nanti dia naik lagi, sampai Maja keluarnya tidak lewat gate," kata dia.
Oleh karena sering disalahgunakan, PT KCJ berencana menghapus fasilitas free out mulai besok, per 1 Desember 2015.
Dengan dihapuskannya fasilitas ini, penumpang akan langsung dikenakan biaya saat sudah melakukan tapping-in.
"Sehingga, orang yang masuk area steril, ya dia memang mau berangkat. Kalau belum siap berangkat, ya jangan masuk dulu. Kalau mau berangkat, ya berangkat. Jangan ada lagi yang mau berangkat, terus keluar," kata Fadhil.
Fadhil mengatakan, pengecualian diberikan bila dalam kondisi darurat.
Misalnya, terjadi gangguan yang membuat penumpang yang sudah masuk ke stasiun tidak dapat melanjutkan perjalanannya.
"Dan kalau ada gangguan, pasti kita umumkan. Petugas kami yang di gate nanti akan siap membantu dan memfasilitasi. Tapi dalam kondisi normal, kita tidak akan terapkan," ucap Fadhil.
Fadhil menilai penumpang KRL Commuter Line bukanlah penumpang yang membutuhkan pengantar, laiknya penumpang kereta jarak jauh.
Hal itu JUGA yang membuat KCJ memutuskan menghapus fasilitas free out per 1 Desember 2015.
"Penumpang KRL tidak butuh pengantar. MasaK, orang mau kerja diantar?" ujar dia.
Saat ini, fasilitas pendukung yang ada di hampir semua stasiun KRL sudah berada di area steril, yakni area yang berada di dalam gate elektronik.
Dengan demikian, ia yakin penghapusan fasilitas free out tidak akan berdampak besar terhadap kenyamanan penumpang.
"Kalau penumpang mau berangkat, kemudian tiba-tiba mau ke kamar kecil, itu semua ada di area steril," ujar dia.