TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Suratmi (55) mengayuh sepeda merah jambunya dengan kecepatan pelan di tepian jalan raya.
Di bagian belakang sepeda terdapat tempat menaruh botol-botol khas penjual jamu.
Dengan senyum mengembang, Suratmi ramah menjamu pelanggan.
"Jamu apa, Mas?" kata Suratmi ramah.
Seakan tak mau kehilangan pelanggan, Suratmi menjelaskan satu per satu jamu andalannya.
Mulai dari kunyit asam, beras kencur hingga jamu untuk penyegar badan.
Tangannya tampak cekatan. Suratmi mulai mengambil botol kunyit asam dan mengocoknya sebentar. Kemudian ia tuangkan dan menyuguhkan satu gelas jamu dengan senyum.
"Sudah 35 tahun saya jual jamu, Mas," kenang Suratmi.
Perempuan kelahiran Solo, Jawa Tengah ini merantau bersama suaminya dari tempat asalnya ke Tangerang sejak umur 17 tahun.
Ia datang ke Tangerang untuk mengadu nasib sekitar tahun 1980.
Menjual jamu adalah satu-satunya keahlian yang ia miliki.
Meskipun orangtua tak pernah menjual jamu, ia tak patah arang dengan belajar ke saudara dan teman-temannya.
Berbekal ilmu itulah, Suratmi menjual jamu keliling di dekat rumahnya daerah Koang, Kota Tangerang. Sedangkan sang suami menjual bakso keliling.
Biayai kuliah