TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polusi karbondioksida alias CO2 semakin parah dari tahun ke tahun.
Badan Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan bahwa peningkatan polusi CO2 mencatatkan rekor baru pada 2015. Imbasnya, karbondioksida di atmosfer menumpuk. Suhu bumi pun jadi semakin panas.
’’Polusi karbondioksida global meningkat menjadi 396 parts per million (ppm) dibanding tahun lalu. Khusus Jakarta, indeks polusinya rata-rata di atas 100 psi karena meningkatnya populasi kendaraan bermotor dan maraknya kawasan industri," ungkap Adhyaksa Dault, Rabu (3/2).
Ini merupakan peningkatan terbesar dalam skala tahunan (year to year) selama tiga dekade terakhir.
Menurut data WMO, peningkatan tingkat polusi CO2 itu berkisar 3,6 ppm pada periode 2014–2015. Pada tahun sebelumnya peningkatan berkisar 2,9 ppm.
Dengan tingkat polusi karbondioksida seperti itu, manusia modern telah berhasil melampaui rekor polusi Era Industri pada 2000-an.
Saat itu aktivitas industri manusia, termasuk penduduk negara-negara dunia ketiga, menyumbangkan tingkat polusi sebesar 280 ppm. Kini industrialisasi dan gaya hidup modern telah menghasilkan jauh lebih besar polusi karbondioksida.
’’Iklim telah berubah dan cuaca bumi ini menjadi jauh lebih ekstrem gara-gara aktivitas manusia. Kita harus melawannya dengan penghijauan. Mulai dari merencanakan ruang ruang terbuka hijau," tutur pria berkumis itu.
Sekedar gambaran, karena konsentrasi karbondioksida di atmosfer semakin tinggi, laut terpaksa menyerap lebih banyak CO2. Dampaknya, air laut menjadi kian asam setiap tahun.
Nah, Adhyaksa tak ingin gas-gas emisi yang semakin tinggi di atmosfer itu mengakibatkan pemanasan global semakin parah.
Bersama warga Jakarta dan Pramuka, pria yang hobi main gitar itu lantas berniat mengupayakan banyak hal untuk mempertahankan temperatur bumi. Mimpinya, kenaikan suhu setidaknya bisa ditekan tidak lebih dari dua derajat Celsius.
"Ide saya sih bikin urban canopies. Tata dengan baik. Saya akan ajak masyarakat secara gotong royong melanjutkan gerakan penghijauan massal, khususnya bagi adik-adik yang tergabung di Pramuka," papar pria yang hobi naik gunung itu.
Adhyaksa berharap ada support dari Pemprov DKI Jakarta. Lokasi dan lahan-lahan menjadi kebutuhan mutlak yang tak bisa ditawar lagi.
Jakarta perlu hutan kota untuk menyerap emisi karbon dan membantu membersihkan udara dari polutan, menahan tanah dari erosi serta mengurangi water run-off air hujan menuju saluran kota. Perlu pohon-pohon rindang untuk melindungi pedestrian dan pengendara kendaraan bermotor dari panas yang menyengat.
"Saya paham di Jakarta sedang ada pekerjaan mega konstruksi. Namun bukan berarti warga harus menderita karena polusi dan gersang saat pekerjaan berlangsung. Kualitas hidup warga harus selalu terjamin," tutur alumnus Institut Pertanian Bogor itu.