TRIBUNNEWS.COM - Cerita mengenai penimpukan batu terhadap KRL bukan merupakan hal yang baru.
Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jakarta Eva Choirunissa mengatakan, dalam satu bulan, setidaknya ada empat kasus peristiwa penimpukan terhadap KRL yang sedang melintas.
"Wilayah kami ini cukup terbuka dan berdekatan dengan perumahan dan berbagai sekolah sehingga sering terjadi penimpukan KRL," ujar Eva di Stasiun Jakarta Kota, Minggu (14/2/2016).
Eva mengatakan, hal ini sangat berbahaya karena bisa mengenai masinis dan penumpang. Dalam beberapa kasus, penimpukan itu pernah menyebabkan salah seorang penumpang menjadi buta.
Selain itu, penimpukan bisa membuat kereta rusak dan berhenti beroperasi sementara.
"Akhirnya jumlah perjalanan kereta berkurang karena ada kereta yang masuk dipo untuk diperbaiki," ujar Eva.
A photo posted by Agung Budi (@agungbsgram) on Feb 14, 2016 at 9:56pm PST
Pelaku penimpukan tidak pernah orang dewasa
Sebenarnya, siapa pelaku penimpukan KRL sebenarnya?
Eva mengatakan, setelah ditelusuri, penimpukan itu tidak pernah dilakukan oleh orang dewasa. Pelakunya justru anak-anak sekolah dasar yang sekolahnya berdekatan dengan pelintasan kereta.
"Semuanya sekitar kelas III SD sampai VI SD," ujar Eva.
Alasan anak-anak menimpuk itu pun tidak pernah negatif. Maksudnya, anak-anak tidak pernah menimpuk untuk sengaja membuat perjalanan kereta menjadi terhambat.
"Selama ini belum pernah ada yang memang sengaja merusak perjalanan kereta. Anak-anak ini mayoritas melakukan hal itu hanya iseng-iseng saja. Mereka pulang sekolah, lewat samping rel, ada kereta lalu ditimpuk," ujar Eva.
Solusi