TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ribuan personel gabungan yang terdiri dari kepolisian, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) menggelar Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) di kawasan yang dikenal marak praktik prostitusi dan premanisme yakni Kalijodo, Jalan Kepanduan II RW 05, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (20/2/2016).
Operasi Pekat pun dianggap warga tak berpengaruh, dan bersikukuh enggan pindah dari Kawasan Kalijodo.
Salah satunya Efi (35), warga RW 05, Kelurahan Pejagalan, selain ogah menuruti keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dirinya pun mengaku Operasi Pekat yang dilakukan pihak kepolisian tak membuat dirinya gentar.
"Gak mau pindah ke rumah susun saya walaupun bangunan rumah saya dituding berdiri di jalur hijau. Saya gak mau sama sekali. Anak saya masih kecil bang, saya janda, penghasilan juga dari dagangan klontongan. Rejeki saya di Kalijodo ini, bang," katanya sambil duduk-duduk di depan rumahnya.
Ada persyaratan yang diakuinya, apabila Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memindahkan dirinya beserta keluarganya direlokasi ke Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa).
Persyaratannya, unit rusun menjadi milik pribadi secara gratis.
"Keluarga saya bisa enggak ditampung di rumah dinasnya Gubernur? Atau enggak gini aja, saya mau direlokasi ke rusun tapi dengan catatan rusun yang bakal saya tempati jadi milik pribadi saya dan gratis. Saya di sini gratis kan. Kagak bayar sama sekali, bayar listrik doang malah, karena kan saya usaha disini," akuinya.
Sepi pembeli lantaran Polisi gelar Operasi Pekat, membuat wanita bertubuh gemuk ini kesal.
Saya merasa dirugikan setelah tempat tinggal dan dagangan klontongnya dijaga oleh sejumlah petugas kepolisian bersenjata lengkap.
"Gara-gara banyak polisi, warung jadi sepi pembeli, yang jajan juga jadi sedikit. Kita butuh keadilan di sini," terangnya.
Warga lainnya pun menuturkan hal yang sama, dan tertutur di mulut Bayu (39).
Diakui Bayu yang tinggal di Kalijodo belasan tahun di RT 03/05 Kelurahan Pejagalan, dirinya mengaku pusing lantaran tak punya uang untuk biaya operasional pindah hingga uang kontrakan.
"Duit aja gue gak punya, emangnya pindah itu gak pake duit? Pasti pakai duit kan? Saya tinggal di sini udah belasan tahun. Di sini saya tenang malah di usik. Warga bisa - bisa aja melawan deh," kata pria yang berporfesi petugas kemanan tempat hiburan, dan tukang ojek ini.
Penulis: Panji Baskhara Ramadha