TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dugaan Satpol PP Jakarta Pusat terkait penggunaan air kotor dari saluran air yang berasal dari peron Stasiun Gambir disesalkan S (Suyanto-red) (44).
Pedagang es teh manis tersebut mengaku selalu menggunakan air matang yang dimasaknya di rumah untuk setiap gelas es teh manis yang dijualnya.
Terlihat lemas dan merasa tidak percaya, warga Pintu Air III Jalan Djuanda, Pasar Baru, Gambir, Jakarta Pusat itu mengaku bingung atas sangkaan yang dituduhkan pihak Satpol PP Jakarta Pusat kepada dirinya.
Apalagi, lanjutnya, petugas langsung menggiringnya ke Mapolsek Gambir untuk menjalani pemeriksaan, tanpa memberikan kesempatan dirinya untuk memberikan penjelasan.
Dirinya yang terlihat ditemani istrinya Rosneli (50) itu menjelaskan kepada Warta Kota jika seluruh air teh yang digunakan merupakan air matang yang dibawanya dari rumah.
Air matang tersebut dicampurkan teh dan dimasukkan ke dalam jerigen untuk didinginkan.
Sehingga, lanjutnya, ketika sampai di Monas, dirinya hanya cukup membawa jerigen berisi teh tawar, es batu, dan gula pasir serta gelas plastik, sedotan, dan penutup gelas sebagai wadahnya.
Jadi saat diracik tinggal ditambahkan gula, es batu sama air galon isi ulang.
"Jadi bukan pake air comberan (saluran-red)," katanya memberi bukti dengan meminum es teh manis miliknya di Mapolsek Gambir pada Kamis (10/3/2016) malam.
Kata dia, dirinya pun berpikir terlalu jorok bila dagangannya menggunakan air got.
"Saya berani kalau teh kita diuji ke laboratorium, karena memang air teh kita ini pake air mateng," katanya.
Sementara itu, terkait lokasi pembuatan teh yang berada di kolong rel kereta api Stasiun Gambir, dirinya menjelaskan bila hal tersebut untuk menghindari ketatnya pengawasan dan penjagaan yang dilakukan Satpol PP Jakarta Pusat.
Karena, ungkapnya, lokasi tersebut sangat dekat dengan Jalan Djuanda, sehingga apabila ada penertiban, seluruh barang dagangan dapat diselamatkan dari penyitaan petugas Satpol PP.
"Kita memang udah lama di situ bang. Alasan Kenapa kita pilih ngeracik teh di situ ada banyak, karena adem, tempatnya bersih terus juga ketutupan karena memang kan jualan di Monas itu dilarang."