TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Imam Supriadi tetap senang kendati tantangan berduel sampai mampus darinya tidak digubris Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Paling tidak, kata Imam, video berisi tantangan berduel dan pembeberan sejumlah kasus yang diunggahnya mengenai psikis Ahok.
"Saya juga santai aja. Yang penting, psikologinya dia sudah rasakan. Kan sebelumnya dia juga sudah berantem sama Lulung, terus sama Yusril Ihza Mahendra dia juga habis," ujar Imam.
Menurut Imam, tantangan berduel sampai mampus darinya ke Ahok di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, adalah bukan bualan belaka.
Menurutnya, dengan kemampuan bela diri, tenaga dalam dan supranaturalnya mampu menumbangkan Ahok dalam sekejap.
"Kalau saya tunjuk aja, nggak sampai saya sentuh, mati dia," ujarnya.
Menurut Imam, sebenarnya dirinya bisa saja 'beraksi' saat dirinya mendatangi Ahok di Balaikota Jakarta pada September 2013 lalu.
"Saya nggak takut. Kalau saya mau, saya bisa saja berantem sama dia di ruangan saat itu. Tapi, saat itu kan saya dalam rangka bertugas. Jadi, tidak mungkin," ujarnya.
Imam mengaku mengunggah video berisi tantangan berduel untuk Ahok lantaran kesal dan geram dengan 'serangan' mantan Belitung Timur itu ke BPK, baik secara lembaga maupun individu pimpinan.
Namun, Imam jauh lebih dongkol lantaran lembaga tempatnya bernaung itu justru tak membelanya.
Sebelumnya, Ahok sendiri tak menghiraukan dan melayani tantangan berduel dari Imam Supriadi itu kendati dia senang dengan yang namanya 'ribut-ribut'.
Alasannya, bukan karena pengecut, tapi karena banyak pekerjaan dan tugasnya sebagai gubernur yang harus lebih diperhatikan dan segera diselesaikan.
Ahok pun sadar, tantangan tersebut hanya untuk mengganggu kinerjanya. Namun, itu tidak terjadi.
"Saya banyak kerjaan dan orang ini ngarep supaya orang enggak konsentrasi kerja. Dia pikir aku keganggu gitu lho," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Lagipula, kata Ahok, ada sejumlah orang sebelumnya sesumbar berjanji atau bernazar untuk melakukan sesuatu jika suatu tujuan terjadi, tapi tidak dilaksanakan alias membual.
Di antaranya janji jalan kaki Solo ke Jakarta jika Joko Widodo menjadi presiden, politisi yang janji digantung di Monas jika terbukti korupsi hingga janji politisi untuk terjun dari Monas jika Ahok mampu mengumpulkan 1 juta foto kopi KTP warga untuk syarat pencalonan gubernur DKI Jakarta lewat jalur independen.
Belum lagi janji politisi sekaligus anggota DPRD DKI Jakarta yang mau potong telinga jika Ahok berani menggugat hasil audit BPK terkait pembelian lahan RS Sumber Waras.