Pada awal 2015, Imam dipindahtugas secara 'paksa' ke Biro SDM BPK. Semua peralatan kantornya di unit kerja AKN VB langsung dipindahkan ke bagian Biro SDM tanpa sepengetahuannya.
Mulanya, ia manut dan berusaha untuk mengikuti aturan dengan masuk kerja pukul 07.00 WIB.
Tapi, lambat waktu ia kembali ke kebiasaan lama dengan jarang masuk kerja. Sebab, lagi-lagi ia tidak mendapatkan kejelasan job desc di tempat tersebut.
Saat masuk kerja, Imam hanya bekerja secara serabutan bak Office Boy (OB).
"Saya masuk kerja jam 7 pagi, tapi itu sia-sia saya masuk jam segitu karena di kantor saya tetap menganggur," ucap Imam.
"Saya nggak dikasih pekerjaan yang jelas. Cuma disuruh bantu-bantu, job description nggak ada, yah saya paling disuruh betulin listrik, bersihin ruangan, membantu koneksi intenet saja," sambungnya.
Kembalinya Imam pada kebiasaan lama yang sering tidak masuk kerja membuatnya diadukan oleh rekan-rekannya ke atasan biro SDM. Dan ia pun kembali diperiksa oleh pengawas Itjen BPK pada akhir 2015.
Saat diperiksa, pihak pengawas kembali mengungkit 'dosa-dosa' lama Imam, mulai disiplin kerja, tulisan di blog Kompasiana hingga aksinya yang sempat memprotes audit dana calon bupati Pilkada Lampung saat masih tugas di BPK Perwakilan Provinsi Lampung.
"Saya diadukan. Lah, dari pada masuk kerja tapi yang junior itu pada main musik, ketawa-tawa. Saya seperti orang baru walaupun saya sudah senior dibandingkan teman saya yang masih junior itu. Tapi, saya tahu diri dan nggak marah. Kalau saya marah nanti di negatif juga di mata junior," katanya.
Pihak pengawas dari Itjen BPK memutuskan untuk menghukum Imam dengan menunda pemberian tunjangan kerja selama setahun.
Imam sempat mengajukan protes ke atasan di Biro SDM atas hukuman itu. Namun, seiring protes tersebut ia kembali tidak masuk kerja.
Kedua hal itu membuatnya kembali dipanggil oleh pimpinan di Biro SDM. Dan Imam diminta menandatangani sebuat surat pernyataan persetujuan pensiun dini.
Jika tidak mau menandatangani surat tersebut dia akan diberhentikan atau dipecat dengan hormat tanpa mendapatkan tunjangan pensiun.
Namun, Imam tidak menghiraukan panggilan dari atasannya itu dan tidak masuk kerja. Ia justru memberi tanggapan atas permintaan penandatangan surat itu lewat surat elektronik ke atasannya dan sempat 'curhat' soal nasib kariernya di akun Facebook.