Hanya saja ia belum mau mengingat dan menceriakan kembali kejadian penyerangan di tengah lautan tersebut.
Pria lulusan Sekolah Tinggi Ilmu pelayaran angkatan 52 tersebut mengatakan tidak takut untuk kembali berlayar meski telah mengalami kejadian nahas yang menyebabkan empat orang temannya ditawan kelompok yang diduga milisi Abu Sayyaf.
Ia akan tetap melaut karena ilmu yang ia pelajari disekolah adalah dibidang pelayaran .
"Kalau kerja di laut , saya akan tetap kerja di laut. Tidak membuat saya takut," katanya.
Kejadian yang baru saja dialami, menurutnya akan dijadikan pelajaran hidup. ia mengatakan akan lebih waspada saat bekerja sebagai engginer kapal.
"Pengalaman jadi pelajaran.Kalau saya berlayar lagi lebih hati hati," katanya.
Sembara mengaku selama ini tidak mengetahui jika perairan yang ia lewati saat bertolak dari Cebu (Filipina) kembali ke Tarakan (Kaltim) merupakan perairan rawan.
Padahal menurutnya selama ini ia berulangkali melewati perairan perbatasan Malaysia-Filipina tersebut.
"Kita berlayar sudah sering sekali. saya bekerja disitu, satu tahun tiga bulan. Kita kurang tahu itu rawan," katanya.
Sembara belum mau menceritakan detail peristiwa yang menimpanya tersebut.
Termasuk selamatnya dia dan lima orang lainnya dari penyerangan kelompok bersenjata. Hanya saja ia membantah selamat lantaran menceburkan diri ke laut.
"Untuk cerita kejadian kemarin saya belum bisa, saya masih cape, baru datang. Tapi berita mengenai saya nyebur ke laut itu tidak benar," pungkasnya.
Sebelumnya Kapal Tunda Henry yang sedang menarik kapal Tongkang Christy diserang kelompok bersenjata di peairan perbatasan Filipina-Malysia, tepatnya sekitar 15 mil dari tawau Malaysia, jumat (15/4/2016). Kapal yang hendak pulang setelah menarik batubara dari Cebu Filipina menuju Tarakan tersebut di awaki 10 orang.
Akibat penyerangan tersebut 4 orang dibawa penyerang yang diduga kelompok Abu Sayyaf. Sementar enam orang diselamatkan kepolisian Malaysia. Lima dari enam orang telah kembali ke Indonesia.
Mereka yakni Royke Fransy Montolalu, Moch Arianto Misnan, Sembara Oktafian, Dede Irfan Himi, dan Yohanes Serang. Sementara, satu orang lainnya, yakni Lambas Simanungkalit masih dirawat di Rumah Sakit Tawau, Malaysia karena tertembak dibagian dada.