Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan yang juga Ketua Dewan Pembina Posko Perjuangan Rakyat (Pospera), Adian Napitupulu mempertanyakan klaim relawan Teman Ahok yang menyebut berhasil mengumpulkan 1 juta KTP.
Pengumpulan KTP itu sebagai bentuk dukungan terhadap calon berstatus petahana, Basuki Tjahaja Purnama, untuk maju secara independen di Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.
"Teman Ahok sudah mengklaim berhasil 1 juta KTP dukungan.Tapi kok bisa calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) justru menjadi ragu ketika 1 juta KTP dari syarat minimal 525.000 KTP sudah ada? Ada apa di balik klaim 1 juta KTP dukungan tersebut?" kata Adian, Selasa (12/7/2016).
Keraguan Ahok, sapaan Basuki, itu kata Adian, ditunjukkan lewat pertimbangan untuk maju mencalon lewat partai politik justru ketika relawan mengklaim sudah mengumpulkan syarat yang diminta.
"Kenapa Ahok mulai berpikir ikut jalur partai justru di saat klaim 1 juta KTP sudah dibuatkan pestanya? Blunder! Keraguan Ahok menular dan membuat rakyat berpikir, 'kenapa harus ragu jika dari 1 juta KTP itu tidak ada yang palsu'. Aneh, saat Teman Ahok baru 5 orang, Ahok sangat yakin, tapi ketika Teman Ahok bertambah, berlipat jadi 1 juta, kenapa yang muncul justru keraguan?" ujar Adian, di Jakarta.
Dia menilai perjalanan Teman Ahok sepertinya akan antiklimaks dan menciptakan blunder baru bagi Ahok.
Adian pun berkilas balik desain awal sang sutradara yang merekayasa lahirnya 5 superhero muda yang tidak pernah berlatih politik.
Adian menganalogikan seperti menonton film tentang anak muda awam yang tiba-tiba jadi superhero karena digigit laba-laba yang teradiasi.
"Film yang enak ditonton tapi sungguh tidak layak di percaya apalagi diikuti," katanya.
Untuk menilai sebuah cerita itu bohong atau tidak, kata Adian cukup dengan menggunakan nalar. Semakin heroik sebuah cerita maka sebenarnya semakin besar kebohongan di baliknya.
"Cerita 5 anak muda yang mengumpulkan 770.000 KTP dalam 8 bulan lalu dibakar, kemudian mengumpulkan lagi 1 juta KTP baru lengkap dengan Formulir bertanda tangan hanya dalam waktu 90 hari, tentu cerita yang amat sangat heroik. Dua cerita yang heroik luar biasa itu tentu sangat dekat dengan kebohongan," katanya.
"Teman Ahok lalu merayakan perolehan 1 juta KTP tanggal 20 Juni. Tapi lucunya hitung manual baru mereka lakukan 29 Juni, 9 hari kemudian. Nah lho, mana yang bohong, perayaannya yang bohong atau hitung manualnya yang bohong?"ujar Adian.