"Pendapatan tertinggi saya paling hanya Rp 80.000 per hari. Untuk mendapat sebesar itu pun sulit, biasanya hanya dapat Rp 60.000 per hari," kata Zukri.
Sihombing (43) sopir angkot lainnya menambahkan, pendapatannya makin sulit ketika ojek dan taksi online menjamur.
Dia menyebut, penumpang sekarang lebih memilih angkutan berbasis online karena tarif terjangkau dan praktis.
"Taksi online juga ada ac (pendingin udara), jadi penumpang semakin nyaman," ujar Sihombing.
Meski begitu, dia berencana akan menjual angkotnya kemudian uang hasil penjualan itu digunakan untuk membayar uang muka (DP) angkot baru.
"Mungkin nanti mobil saya tebus (ambil) di lapangan Multiguna, Bekasi Timur," ujarnya. (Fitriyandi Al Fajri)