TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana rehab total gedung SDN Kramat Jati 11, 12 dan 15 Pagi, Jakarta Timur terancam gagal.
Padahal gedung sekolah tersebut sudah diratakan dengan tanah dan kegiatan belajar mengajar pun terpaksa dialihkan ke sekolah lain.
Pantauan di lokasi, bangunan sekolah yang berada di dalam satu kawasan tersebut sudah diratakan dengan tanah.
Tampak puing-puing bangunan yang dibiarkan berserakan di lokasi.
Sementara itu lahan bekas bangunan kini dimanfaatkan warga untuk parkir kendaraan serta tempat bermain anak-anak warga sekitar.
Kepala SDN Kramat Jati 12 Pagi, Yoyo Sunarya mengatakan siswa-siswinya yang berjumlah 231 orang telah diungsikan ke sekolah lain sejak tiga tahun lalu.
Selain itu akibat mengungsi ke sekolah lain, jarak tempuh rumah menuju sekolah kini menjadi jauh.
Ditambah lagi kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan sore hari.
Ia pun menyayangkan belum pastinya kapan proses rehab gedung sekolah akan dilakukan.
"Ada saja orangtua yang menanyakan kapan sekolahnya akan direhab. Kami juga bingung jawabnya karena memang sampai sekarang belum direhab," ujarnya, Minggu (22/8/2016).
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur wilayah 2, Ian Maryana mengatakan sebenarnya tahun anggaran 2016 Dinas Pendidikan DKI akan melakukan rehab total.
Namun, pelaksanaan tersebut harus tertunda akibat adanya kendala.
"Sebenarnya sudah siap direhab total. Hanya saja karena pemenang lelangnya mengundurkan diri maka rencana rehab total akhirnya gagal dilakukan," ungkapnya.
Kepala Perencanaan dan Pembangunan Jakarta Timur, Hartati mengaku prihatin dengan kondisi tersebut.
Ia pun berjanji akan mencarikan solusi agar rencana rehab total bisa segera dilakukan di sekolah tersebut.
"Ini enggak benar perencanaannya, masa sudah tiga tahun begini dibiarkan."
"Tahun 2017 tidak mungkin direhab juga karena di perencanaan tidak dimasukkan anggarannya dan di KUAPPAS tidak ada," kata Hartati.
Ia menambahkan selain SDN Kramat Jati 11, 12 dan 15 Pagi, masih ada beberapa gedung sekolah lainnya yang gagal direhab total.
Diantaranya SDN Cipinang Melayu 04 Pagi, SDN Baru 06, SMPN 102 Cijantung dan SMPN 160 Ceger.
Ironisnya, bangunan sekolah tersebut sudah diratakan dengan tanah.
"Tidak ada pembangunan gedung sekolah di tahun 2017. Terus mau sampai kapan sekolah ini dibiarkan mangkrak."
"Ini yang tidak disukai pak gubernur. Sebagai perencana, saya kesal juga melihatnya," kata Hartati.
Hartati mengatakan bahwa untuk mengatasi kondisi seperti ini, semua pihak harus duduk bersama.
Mulai dari Kapenko, Dinas Pendidikan, Sudin Pendidikan, Bapeda hingga Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPBJ).
Jika semuanya duduk bersama antara unit terkait, persoalan seperti ini diyakini akan cepat selesai.
Penulis: Junianto Hamonangan