TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 44 warga DKI Jakarta yang tergabung dalam Indonesia Bergerak membubuhkan cap jempol darah dalam aksi penolakan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk kembali maju jadi DKI 1 dalam Pilkada 2017 mendatang.
Mereka menyampaikan aspirasi dengan melakukan cap jempol darah sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim kepemimpinan Ahok.
"Aksi ini sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Jakarta yang sudah menjadi korban keganasan Ahok selama menjabat gubernur," kata Tino Rahardian, juru bicara aksi #TolakAhok, di depan Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (22/9/2016).
Tino menegaskan berbagai kebijakan yang sudah dilakukan Ahok terlebih soal penggusuran di beberapa wilayah Jakarta telah melukai banyak warga Jakarta dan menciderai HAM.
Aksi ini dilakukan dengan menusuk jempol mereka dengan pen insulin.
Setelah darah keluar, masing-masing perwakilan membubuhkan cap jempol darah di sebuah kanvas putih dan ditandatangani.
"Penggusuran yang dilakukan sungguh melukai perasaan kita semua. Kami percaya darah kami tidak sebanding sengan penderitaan yang dialami oleh korban gusuran di Kampung Akuarium, Cipinang, Rawajati Luar Batang dan lainnya," ujarnya.
Aksi yang dimulai pukul 10.00 WIB ini dilakukan oleh 44 orang yang mewakili 44 kecamatan di DKI Jakarta, termasuk diantaranya Kecamatan Jagakarsa, Pasar Minggu, Tebet, Kebayoran Baru, Koja, Penjaringan, Setiabudi, dan sejumlah daerah lainnya.
"Hanya Kepulauan Seribu yang tidak bisa kita akses," katanya.