TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD punya pengalaman tersendiri dengan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, yang menjadi tersangka kepolisian atas kasus pembunuhan santri dan penggandaan uang.
Mahfud mengaku pernah bertemu dengan Dimas Kanjeng pada Juni 2014 saat melakukan perjalanan ke Pasuruan, Jawa Timur.
"Jadi pada Juni 2014 saya ke Jawa Timur, Pasuruan untuk menemui Kiai Nawawi Abdul Jalil, tapi saya diajak mampir oleh Marwah Daud ke sebuah tempat.
Namanya Desa Wangkal, Probolinggo," tutur Mahfud, saat ditemui di Jakarta, Rabu (28/9/2016).
Saat itu, Mahfud diberitahu oleh Marwah, ada sebuah pesantren besar di Probolinggo yang dipimpin oleh seseorang bernama Kanjeng Dimas Taat Pribadi.
Mahfud terkejut, sebab dia mengenal seluruh pimpinan pesantren besar dari mulai Cirebon hingga Banyuwangi.
Sesampainya di tempat Kanjeng Dimas, Mahfud melihat kondisi di sana sama sekali tidak menggambarkan pesantren pada umumnya.
Mahfud juga menyadari bahwa Kanjeng Dimas bukanlah seorang Kiai.
Ini karena pembawaan Dimas yang jauh dari citra seorang Kiai dan lafal doanya tidak fasih.
"Ternyata memang bukan pesantren, tidak ada suasana santri di sana, seperti padepokan atau tempat perguruan silat. Karena Dimas itu bukan Kiai," tutur Mahfud.
"Bagi orang yang baru belajar agama Dimas itu kiai. Tapi saya yang sejak kecil berada di pesantren, tahu bahwa dia itu bukan kiai," ucapnya.
Selama berada di padepokan itu, Mahfud sempat dibuat jengkel oleh Dimas Kanjeng.
Di depan ribuan orang yang menjadi pengikut Dimas, Mahfud diakui sebagai salah satu santri atau murid Dimas Kanjeng.
Sontak Mahfud langsung mengklarifikasi bahwa dia bukan murid Dimas Kanjeng.