JAKARTA- Menurut dugaan awal, pelaku penyerangan tiga polisi di Pos Lalu Lintas Cikokol, Tangerang, ada kaitannya dengan ISIS. Ditemukan stiker yang identik dengan lambang ISIS tertempel di tembok pos lalu lintas tempat kejadian tersebut, Kamis (20/10/2016).
Soal apakah pelaku ada hubungannya dengan ISIS, hal itu masih didalami Densus 88.
Namun, ini dapat menarik perhatian publik kembali pada aktivitas-aktivitas kelompok teror itu dan pengikutnya di Indonesia.
Di Indonesia, aktivitas ISIS kerap dikaitkan dengan pemimpin kelompok teroris basis Poso, Santoso, yang namanya masuk dalam daftar teroris global keluaran Departemen Luar Negeri AS.
Santoso dideskripsikan Deplu AS sebagai pendukung utama ISIS di Indonesia, yang telah menjadi buron selama lebih dari tiga tahun.
Pria yang juga dikenal dengan nama Abu Wardah itu bahkan menyebut dirinya sebagai komandan pasukan ISIS di Indonesia. Ia juga merupakan pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), yang pernah mendalangi sejumlah serangan mematikan di Indonesia.
Bahkan, diduga semua kegiatan MIT dibiayai oleh ISIS.Sepak terjang Santoso bahkan menghimpun pengikut MIT dari luar Indonesia, termasuk sejumlah muslim etnis Uighur dari Tiongkok.
Menurut seorang pengamat terorisme dan ekstremis di Indonesia, Sidney Jones, ada peningkatan drastis jumlah WNI yang bergabung dengan ISIS sejak 2015. Semakin banyak pula WNI yang kemudian mencuat di media, bahkan internasional, atas dugaan radikalisasi dan keanggotaan ISIS.
Aktivitas mereka kemudian disorot, lantaran keterkaitan mereka dengan ISIS membuat mereka menjadi ancaman negara, bahkan internasional. Seperti pada September 2015 lalu, bocoran intel Kepolisian Federal Australia (AFP) menyebutkan ada dua pilot Indonesia diyakini bergabung ISIS.
Kedua pilot yang pernah bekerja untuk AirAsia dan Premiair itu dikatakan kerap memperlihatkan dukungan pada ISIS melalui postingan di Facebook. Keberadaan mereka sempat dianggap mengancam keamanan negara terutama internasional, sebab keduanya masih aktif menerbangkan pesawat.
Itu berarti keduanya masih melakukan kontak di sektor penerbangan dan memiliki akses di lingkungan penerbangan di bawah pengaruh ISIS. Pergerakan pengikut ISIS di Indonesia juga bahkan berkolaborasi dengan pengikut kelompok militan tersebut di negara-negara tetangga.
Sebanyak lima pendukung ISIS dan Al-Qaeda ditangkap kepolisian Malaysia pada November dan Desember 2015 lalu, dan satu di antaranya merupakan seorang WNI.
Menurut Kepala Kepolisian Malaysia Khalid Abu Bakar, WNI itu dijadikan kepala perekrut untuk menjaring pejihad yang akan melakukan serangan di Asia Tenggara. "(Pria WNI) dan warga Malaysia itu diduga menjadi fasilitator untuk mengatur pejihad dari Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang ingin ikut ISIS di Suriah," jelas Khalid.
Aktivitas pendukung ISIS di Indonesia juga didukung oleh tokoh-tokoh WNI yang telah mengabdikan hidupnya pada bos ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi di Suriah.
Nama Bahrun Naim, yang disebut sebagai perantara pimpinan ISIS dan Indonesia, sempat mencuat setelah diduga sebagai otak serangan bom dan penembakan di Sarinah, Januari 2016.
Posisi itu mendukung Bahrun mendapat perintah langsung dari bos ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi melakukan serangan apapun di Indonesia. Kelompok ISIS telah resmi mengklaim serangan di Sarinah itu, yang dikatakan menargetkan "aliansi kafir yang melawan ISIS di Jakarta". (tribun/ruth)