Saya sadar betul tugas saya sebagai jurnalis adalah menyampaikan informasi secara objektif, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan karena “layar Kompas TV” menjadi taruhannya.
Kesadaran inilah yang membuat saya memutuskan untuk tak hanya menjadi jurnalis yang bertugas mewawancarai Jaksa Ardito Muwardi sebagai juru bicara tim JPU, pengacara Otto Hasibuan, ayah mendiang Mirna; Edi Darmawan Salihin, dan sejumlah nara sumber lain yang kerap dihadirkan oleh 3 stasiun televisi yang menyiarkan jalannya sidang kasus ini secara live termasuk Kompas TV.
Tapi lebih dari itu, siapa dan bagaimana sebenarnya Jessica Kumala Wongso?
Saya justru mempertanyakan objektifitas saya sendiri ketika saya menyadari selama ini saya mendapatkan informasi soal Jess dari (cerita) “orang lain”.
Ya, Jessica adalah terdakwa yang ketika itu selama proses persidangan berlangsung menjadi sosok yang patut diduga bersalah. Tapi, bukankah sebagai jurnalis saya pun harus memberikan “ruang objektif” kepada Jessica?
Mulailah, saya selalu menempati kursi pengunjung sidang paling depan dan hampir tak pernah meninggalkan ruang sidang kecuali ke kamar kecil atau untuk keperluan lain - tapi tak pernah lama.
Saya tak ingin melewatkan momen apapun yang mungkin tak tertangkap kamera dan terutama saya harus mencatat poin-poin penting dari persidangan yang harus disampaikan dalam laporan langsung.
Saya pun tak melewatkan momen saat sidang diskors untuk jeda beberapa menit. Biasanya, Jessica tetap berada di ruang sidang dan memilih duduk di belakang deretan kursi para penasehat hukumnya.
“Jes, bilang ke Tante Imelda saya mau wawancara ya”, saya ucapkan kepadanya dengan serius karena memang ketika itu sosok ibunda Jessica sulit sekali untuk diwawancarai.
“Ya, nanti aku bilangin mama”, jawabnya singkat.
Saya pertama kali mewawancarai Imelda Wongso pada 31 Juni 2016.
Ketika itu, sidang kasus putrinya baru berjalan sekitar 2 pekan karena sidang perdana berlangsung pada tanggal 15 Juni 2016.
Selama proses persidangan berlangsung, tak jarang beberapa penasehat hukum Jessica protes atas tayangan kami karena dinilai memihak dan telah memvonis Jessica jauh sebelum vonis hakim dijatuhkan.
9 September 2016, saya dan beberapa rekan yang biasa bertugas di pengadilan negeri Jakarta Pusat menemui Otto Hasibuan di kantornya di kawasan Duta Merlin, Jakarta Pusat.
>