Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seteru Abraham Lunggana (Lulung) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tak pernah selesai. Sepanjang tahun 2016, sedikitnya tiga kali Haji Lulung berjanji potong kuping untuk Ahok.
Pertama, Haji Lulung sempat bertaruh akan potong kuping gara-gara seteru Ahok dengan Badan Pemeriksa Keuangan (KPK).
Ahok meragukan audit investigasi pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras oleh BPK.
BPK merekomendasikan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membatalkan transaksi pembelian lahan seluas 36,551 meter dengan nilai Rp 755 miliar. Sebab, terindikasi merugikan negara sebesar Rp 191 miliar.
Tapi, Ahok menilai audit investigatif yang dilakukan BPK bersifat tendensius. Lulung geram dengan ucapan Ahok karena dirasa telah menghina lembaga negara.
Lulung sempat berjanji potong kuping, jika Ahok mengadukan audit investigatif BPK ke pengadilan.
"Ahok itu jangan mencari kebenaran sendiri. BPK bohong. Kalau bohong tuntut dong ke pengadilan. Kalau dia berani nih ke pengadilan tuntut BPK, potong kuping saya," ujar Lulung, April 2016.
Lulung tak jadi potong kuping, lantaran Ahok tak melaporkan BPK ke pengadilan atas laporan investigatif yang mengindikasi kerugian negara terkait pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras.
Kedua, pada awal tahun, Ahok sempat bersikeras maju melalui jalur perseorangan atau independen pada Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 2017.
Relawan Teman Ahok menargetkan terkumpulnya satu juta Kartu Tanda Penduduk agar Ahok maju independen.
Haji Lulung kembali bertaruh. Dia tak yakin mengenai capaian satu juta KTP oleh Teman Ahok. Dia berjanji akan memotong kupingnya, bila Ahok maju independen di Pilkada.
"Saya mau iris ini, kuping saya kalau dia (Ahok) mau maju independen. Bohong! Itu terorika propaganda. Tidak mungkin dia berani," ucap Lulung akhir Juni 2016.
Lulung kembali batal potong kuping untuk kedua kalinya. Dalam acara halal bihalal bersama para relawan Teman Ahok di tempat yang sama-- saat perayaan terkumpulnya 1 juta KTP--Ahok membuat keputusan kontroversial.